Ntvnews.id, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani meminta pemerintah bersama tim SAR menempatkan keselamatan masyarakat dan para pendaki sebagai fokus utama dalam penanganan bencana erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
“Keselamatan dan keamanan warga harus menjadi prioritas, termasuk bagi pendaki yang sempat terjebak saat erupsi Semeru,” kata Puan dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Gunung Semeru mengalami erupsi pada Rabu 19 November 2025 siang yang disertai luncuran awan panas guguran hingga sejauh 13 kilometer. Kondisi tersebut membuat status Semeru dinaikkan ke Level IV atau Awas. Menyikapi situasi itu, Puan menegaskan aktivitas masyarakat di zona berbahaya, khususnya di area aliran Besuk Kobokan, perlu dihentikan sementara.
“Kami meminta pemerintah daerah dan aparat terkait untuk memastikan evakuasi berlangsung cepat, terarah, dan berlandaskan pada rekomendasi PVMBG,” ujarnya.
Puan juga mengingatkan bahwa evakuasi warga harus dilakukan secara cermat dan menyeluruh, mengingat warga di sekitar lereng sempat diliputi kepanikan saat erupsi terjadi. “Pastikan tak ada warga di sekitar lereng Semeru yang tertinggal untuk dievakuasi. Semua warga harus diselamatkan,” tambahnya. Ia turut menyoroti keberadaan para pendaki yang masih berada di kawasan gunung dan menekankan perlunya penyelamatan dengan pengamanan dan koordinasi maksimal. “Mengingat potensi bahaya lanjutan, jalur pendakian dan area wisata di sekitar Semeru sebaiknya memang ditutup sementara secara disiplin,” katanya.
Gunung Semeru erupsi pada Minggu (14/9/2025) pukul 07.33 WIB. (ANTARA)
Menurut laporan, terdapat 178 pendaki yang sempat tertahan di Ranu Kumbolo karena jalur turun menjadi licin, gelap, dan rawan longsor. Pendakian masih dibuka pada Rabu 19 November 2025 pagi karena radius aman saat itu masih berada pada kisaran 5–8 kilometer. Petugas kemudian meminta para pendaki bermalam untuk menghindari risiko perjalanan turun. Setelah erupsi mereda, seluruh pendaki dipastikan berada dalam kondisi aman dan tidak terdampak awan panas lantaran arah guguran mengarah ke Gladak Perak.
Baca Juga: Mencekam! 178 Pendaki Terjebak di Gunung Semeru Usai Erupsi Luncuran Awan Panas
Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) kemudian menutup seluruh jalur pendakian, termasuk akses menuju Ranu Kumbolo, setelah PVMBG meningkatkan status Semeru menjadi Level IV. Penutupan dilakukan karena potensi bahaya masih besar, terutama di zona sektoral 20 kilometer arah selatan–tenggara yang masuk kategori risiko tinggi. Puan pun mengapresiasi langkah tersebut dan berharap semua pihak mematuhinya.
“Semeru adalah anugerah alam yang indah, namun keselamatan manusia tetap yang utama,” ucapnya.
Selain itu, Puan menyoroti pentingnya kondisi pengungsian yang aman dan layak. “Pemerintah daerah harus memastikan lokasi pengungsian benar-benar aman dan layak, mulai dari logistik, air bersih, layanan kesehatan, hingga perlindungan bagi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan penyandang disabilitas,” katanya. Ia juga mengingatkan agar informasi resmi disampaikan secara cepat dan tidak saling bertentangan agar masyarakat tidak terjebak kabar keliru.
Lebih jauh, Puan meminta adanya koordinasi lintas lembaga yang lebih sigap antara BNPB, PVMBG, TNI/Polri, pemerintah daerah, hingga relawan.
“Karena ketika aktivitas vulkanik meningkat drastis, setiap menit sangat berarti, sehingga koordinasi harus berjalan tanpa hambatan administratif maupun teknis. Maka dalam situasi seperti ini, sinergi antarinstansi bukan hanya penting, tetapi wajib,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa erupsi Semeru seharusnya menjadi momentum memperkuat mitigasi jangka panjang. “Termasuk peningkatan edukasi publik, penataan kawasan rawan, serta penyempurnaan sistem peringatan dini agar masyarakat dapat bereaksi lebih cepat pada kejadian berikutnya,” jelas Puan.
Di akhir pernyataannya, Puan mengajak masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan dan mematuhi instruksi petugas. “Jangan memasuki zona berbahaya sebelum dinyatakan aman. Pastikan memperhatikan keamanan diri dan keluarga,” imbuhnya.
(Sumber : Antara)
Warga melintasi kondisi mushala yang terdampak erupsi Gunung Semeru di Desa Supiturang, Lumajang, Jawa Timur, Kamis 20 November 2025. Pemerintah Kabupaten Lumajang menetapkan status tanggap darurat bencana pada 1925 November untuk mempercepat penanganan kawasan terdampak erupsi Gunung Semeru. ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya/nz (Antara)