Ntvnews.id, Bangkok - Perdebatan mengenai pembatasan penjualan alkohol di Thailand kembali mencuat, kali ini datang dari kalangan wisatawan yang merasa kebingungan terhadap kepastian aturan tersebut. Pemerintah Thailand disebut tengah meninjau kemungkinan pencabutan regulasi itu setelah menerima banyak kritik dari pelaku industri.
Dilansir dari Pattaya Mail, Senin, 17 November 2025, bagi sejumlah turis asing persoalannya bukan hanya terkait jam pelarangan. Mereka menyoroti ketidakkonsistenan aturan, kesimpangsiuran di lapangan, hingga penerapan hukum yang dianggap tidak merata, membuat mereka merasa tersudut.
Di Pattaya, kota yang terkenal dengan kehidupan malamnya, wisatawan menyebut bahwa mereka sering kali kesulitan memahami kapan atau di mana pembelian minuman bisa tiba-tiba dikategorikan melanggar hukum. Perbedaan antara aturan nasional, kebijakan provinsi, serta interpretasi aparat lokal membuat situasinya semakin tidak jelas.
"Tidak ada yang tahu pasti seperti apa aturannya, semua tidak jelas. Apakah aturan ini dibuat hanya untuk membuat wisatawan asing melanggar hukum dan membayar denda?," kata seorang ekspatriat.
Baca Juga: Trump Turun Tangan Selesaikan Konflik Perbatasan Thailand-Kamboja
Aturan resmi saat ini melarang penjualan alkohol antara pukul 14.00–17.00 waktu setempat serta setelah tengah malam. Namun penerapannya bervariasi: sejumlah bar dan restoran di Pattaya tetap menyajikan minuman diam-diam, sementara yang lain memilih mengikuti aturan dengan ketat untuk menghindari risiko.
Bagi banyak wisatawan, ketidakpastian tersebut berdampak buruk terhadap reputasi Thailand sebagai destinasi yang ramah dan fleksibel.
"Ini pertanda bahwa aturan jam 12 malam itu lelucon yang buruk," ujar seorang ekspatriat.
Bangkok, Thailand (Tangkapan Layar)
"Semua orang tahu aturan itu diabaikan di beberapa tempat dan ditegakkan di tempat lain. Sekarang, bahkan para pejabat pun tampaknya menyadari betapa konyolnya aturan itu," lanjutnya.
Para pelaku usaha bar dan industri pariwisata juga telah lama menyuarakan bahwa regulasi alkohol yang tidak seragam ini justru mengirimkan pesan membingungkan bagi pengunjung dan berpotensi menurunkan belanja wisatawan.
Baca Juga: Kamboja Klaim Tentara Thailand Tembaki Warga Sipil di Perbatasan, 5 Orang Terluka
"Pemerintah mengatakan menginginkan pariwisata berkualitas tinggi. Tapi bagaimana Anda bisa menarik wisatawan serius jika tidak ada yang tahu kapan minum bir boleh dilakukan?," tutur seorang pemilik usaha di Walking Street.
Sementara itu, Pemerintah Thailand tetap mempertahankan argumen bahwa pembatasan jam penjualan alkohol penting untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas dan kekerasan dalam rumah tangga.
Ilustrasi alkohol (Pixabay)