Penetapan Maria Corina Machado Sebagai Penerima Nobel Perdamaian 2025 Tuai Kontroversi
NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 12 Okt 2025, 17:53
Muhammad Fikri
Penulis
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Pemimpin oposisi Venezuela Maria Corina Machado (ANTARA)
Ntvnews.id, Istanbul - Pemimpin oposisi Venezuela, Maria Corina Machado, yang baru saja dinobatkan sebagai peraih Nobel Perdamaian 2025 atas perjuangannya dalam memulihkan demokrasi di negaranya, kini menuai kontroversi akibat dukungan lamanya terhadap Israel dan seruan intervensi asing di Venezuela.
Komite Nobel menyebut Machado sebagai “pejuang perdamaian” dan “tokoh pemersatu utama dalam oposisi politik yang sebelumnya terpecah.” Ketua Komite Nobel, Jorgen Watne Frydnes, mengatakan keberanian Machado telah “menjaga nyala demokrasi tetap hidup di Venezuela di tengah kegelapan yang kian pekat.” Ia juga memuji sikap Machado yang tetap bertahan di Venezuela meski menghadapi ancaman serius terhadap keselamatannya, serta menyebutnya sebagai simbol perlawanan terhadap otoritarianisme.
Namun, penghargaan tersebut langsung memunculkan kritik dari berbagai pihak. Menurut laporan NDTV World pada Sabtu, banyak pihak menyoroti pernyataan-pernyataan lama Machado yang mendukung Israel dan Partai Likud pimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, bahkan menuduhnya mendukung genosida di Gaza.
Dalam salah satu unggahan lamanya yang kembali beredar, Machado menulis, “Perjuangan Venezuela adalah perjuangan Israel,” serta menyebut Israel sebagai “sekutu sejati kebebasan.”
Anggota parlemen Norwegia Bjornar Moxnes mengungkapkan bahwa Machado pernah menandatangani dokumen kerja sama dengan Partai Likud pada 2020, dan menilai hal tersebut tidak sejalan dengan tujuan pemberian penghargaan Nobel.
Sementara itu, Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mengecam penetapan Machado, menyebutnya sebagai “keputusan yang tidak berperikemanusiaan” serta menilai langkah tersebut dapat merusak reputasi Komite Nobel.
Machado juga pernah mendapat kritik atas suratnya pada 2018 yang ditujukan kepada para pemimpin Israel dan Argentina. Dalam surat itu, ia meminta dukungan untuk “membongkar rezim kriminal Venezuela.”
Gelombang kritik semakin meluas setelah mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang pernah menuduh Komite Nobel “mengutamakan politik ketimbang perdamaian” karena dirinya merasa layak menerima penghargaan tersebut, menyatakan “senang untuknya” ketika Machado mendedikasikan penghargaan itu untuk Trump.