Ntvnews.id, Caracas - Di tengah meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Venezuela, Presiden Nicolás Maduro menyinggung China, yang merupakan pesaing ekonomi utama AS, dalam pidatonya mengenai pendidikan.
Dilansir dari AFP, Senin, 25 Agustus 2025, menyebut saat menutup acara "Kongres Pedagogis Pertama Guru Bolivarian", Maduro sempat berhenti untuk memperlihatkan ponsel barunya, yang disebutnya sebagai hadiah dari Presiden China, Xi Jinping.
Ia menuturkan bahwa dirinya menggunakan ponsel tersebut untuk berkomunikasi langsung dengan Xi melalui satelit.
“Anda ingin mempelajari sesuatu, Anda mencari tutorial. Saya ingin belajar cara menggunakan kamera yang dimiliki juru kamera di sana, Anda menulis 'tutorial kamera ini dan itu'. Saya ingin belajar cara menggunakan ponsel Huawei baru ini (merek andalan China dalam perangkat seluler), yang merupakan yang tercanggih di dunia. Ini diberikan kepada saya oleh Presiden Xi Jinping, dari Tiongkok, saya memilikinya di sini. Saya berkomunikasi melalui satelit dengan beliau,” ucap Maduro.
Ia kemudian bergurau sambil berpura-pura menelepon dalam bahasa Mandarin: “Ni hao, ni hao (halo). Xiexie, xiexie (terima kasih).”
Baca Juga: AS Luncurkan Sayembara Ratusan Miliar Bagi yang Berhasil Menangkap Presiden Venezuela
Gestur tersebut dianggap sebagai bagian dari upaya Venezuela untuk menonjolkan kembali hubungan eratnya dengan Tiongkok, terutama saat ketegangan dengan Washington semakin meningkat. Venezuela bahkan mengerahkan milisi setelah AS mengumumkan akan menambah pasukan di perairan sekitar Amerika Latin.
Selain "hadiah" dari Xi Jinping, dalam sepekan terakhir juga tercatat adanya sejumlah pernyataan resmi yang menegaskan kedekatan Venezuela dengan Tiongkok, termasuk kunjungan diplomatik dan pesan dari Beijing. Pada Kamis, Maduro bertemu dengan Lan Hu, duta besar Tiongkok untuk Venezuela, untuk membahas kemajuan kerja sama kedua negara, terutama dalam bidang ekonomi.
“Saya senang dengan kemajuan tahun 2025 ini dalam kerja sama bersama kita dengan China, terutama di bidang ekonomi, sains, teknologi, dan proyek kecerdasan buatan,” tulis Maduro di media sosial.
Sejak diangkat menjadi duta besar pada Mei 2023, Hu terus menekankan pentingnya hubungan dengan Venezuela serta mengkritik tekanan dari AS. Pada peringatan 50 tahun hubungan diplomatik tahun lalu, Hu mengecam "tindakan koersif sepihak" AS.
"China dan Venezuela bersatu dalam membela hak dan kepentingan negara-negara berkembang dalam menghadapi tindakan koersif sepihak AS, untuk membangun dunia multipolar yang lebih adil dan setara, berdasarkan rasa saling menghormati," ujar Hu.
Pernyataan tersebut muncul di tengah keprihatinan Washington atas penangkapan aktivis oposisi menjelang pemilu 2024 di Venezuela. Meski Maduro kemudian diumumkan sebagai pemenang oleh otoritas pemilu yang dikuasai PSUV, pihak oposisi menuduh hasilnya curang, mengklaim kemenangan, dan mendapat simpati internasional. Namun, pemerintah Maduro menegaskan bahwa pemilu itu sah meski detail hasilnya tidak dipublikasikan.
Baca Juga: Venezuela Sebut Penyitaan Pesawat Kepresidenan Sebagai Pembajakan oleh AS
Ketegangan meningkat setelah AS menambah kehadiran militernya di Karibia, yang juga mendapat perhatian dari Beijing.
"China menentang setiap langkah yang melanggar tujuan dan prinsip Piagam PBB serta kedaulatan dan keamanan suatu negara. Kami menentang penggunaan atau ancaman kekerasan dalam hubungan internasional dan campur tangan kekuatan eksternal dalam urusan internal Venezuela dengan dalih apa pun. Kami berharap Amerika Serikat akan melakukan lebih banyak hal yang kondusif bagi perdamaian dan keamanan di Amerika Latin dan kawasan Karibia," ujar Mao Ning, juru bicara Kementerian Luar Negeri China.
AS sendiri mengerahkan lebih dari 4.000 tentara tambahan ke wilayah tersebut, termasuk kapal selam bertenaga nuklir, jet pengintai P8 Poseidon, kapal perusak, dan kapal penjelajah rudal, sebagai bagian dari misi anti-narkotika.
Sebagai respons, Maduro mengumumkan pengerahan 4,5 juta milisi di seluruh negeri, menegaskan bahwa "tidak ada kekaisaran yang akan menyentuh tanah suci Venezuela," sekaligus meremehkan "ancaman terhadap perdamaian" negaranya. Ia menegaskan, “Beri tahu dunia, beri tahu kekaisaran-kekaisaran: Venezuela saat ini lebih dari sebelumnya memiliki apa yang dibutuhkan. Itulah sebabnya kami hidup dalam damai dan kami akan terus hidup dalam damai,” tambahnya, sebelum mengutip kisah Alkitab, “Kami membawa kekuatan Daud melawan Goliat.”
Di sisi lain, Gedung Putih menegaskan sikap tegasnya. Sekretaris pers Karoline Leavitt menyatakan bahwa AS siap untuk “menggunakan semua sumber dayanya” guna menekan “aliran narkoba ke negara ini dan membawa mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan.” Seorang pejabat Departemen Pertahanan AS juga mengatakan bahwa kapal-kapal yang dikerahkan belum menerima instruksi untuk bergerak ke perairan teritorial Venezuela, yang memiliki garis pantai sekitar 4.000 kilometer.