Ntvnews.id, Washington D.C - Pemerintahan Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump mengajukan usulan untuk melarang maskapai asal China terbang di atas wilayah udara Rusia, khususnya untuk rute penerbangan dari dan menuju Amerika Serikat.
Langkah ini disebut sebagai upaya untuk menciptakan “persaingan yang adil” bagi maskapai penerbangan Amerika yang selama ini dirugikan oleh keuntungan waktu dan efisiensi biaya yang dinikmati oleh pesaing mereka dari China.
“Situasi saat ini tidak adil dan telah menimbulkan dampak persaingan yang sangat merugikan bagi maskapai penerbangan AS,” demikian pernyataan resmi Departemen Perhubungan AS (DOT), ebagaimana dikutip dari Reuters, Minggu, 12 Oktober 2025.
Kebijakan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan ekonomi antara Washington dan Beijing, yang belakangan juga memperketat ekspor logam tanah jarang bahan penting bagi industri teknologi dan manufaktur Amerika. Usulan tersebut pun dipandang sebagai bentuk eskalasi baru dalam “perang dagang jilid dua” antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia itu.
Sejak Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada 2022, Moskow menutup wilayah udaranya bagi maskapai dari AS dan sekutu Barat sebagai tanggapan atas sanksi penerbangan yang dijatuhkan oleh Washington. Namun, maskapai asal China tidak termasuk dalam larangan tersebut, sehingga mereka tetap dapat menggunakan jalur udara Rusia.
Baca Juga: Sekjen PBB Sampaikan Surat ke Trump Bahas Kerja Sama Damai Gaza
Hal tersebut memberi mereka keuntungan signifikan karena dapat mempersingkat waktu penerbangan dan menghemat bahan bakar, menjadikan operasional lebih efisien dibandingkan maskapai Amerika.
“Maskapai China jelas diuntungkan oleh akses udara Rusia yang tidak bisa kami miliki,” kata seorang eksekutif industri penerbangan AS yang enggan disebutkan namanya.
“Tanpa akses itu, rute langsung dari Pantai Timur ke China sulit dijalankan secara ekonomis,” ujarnya.
Kebijakan yang diusulkan DOT ini diperkirakan akan berdampak pada sejumlah maskapai besar China seperti Air China, China Eastern, Xiamen Airlines, dan China Southern. Saham ketiga maskapai tersebut yang terdaftar di bursa China daratan dilaporkan melemah pada Jumat (turun antara 0,3% hingga 1,8%) setelah kabar mengenai rencana pelarangan tersebut beredar.
Pemerintah AS memberikan waktu dua hari bagi maskapai China untuk memberikan tanggapan atas proposal ini. Jika disetujui, kebijakan baru tersebut bisa mulai diberlakukan pada November mendatang.
Sementara itu, Presiden Trump dan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan bertemu di Korea Selatan pada akhir Oktober untuk membahas berbagai isu strategis, termasuk hubungan dagang dan kerja sama di sektor penerbangan.
Di sisi lain, produsen pesawat AS, Boeing, tengah berupaya memperluas kembali penetrasi pasar di China dengan potensi penjualan hingga 500 unit pesawat jet. Upaya ini dinilai sebagai peluang besar di tengah hubungan yang semakin tegang antara kedua negara, sekaligus menjadi salah satu fokus utama diplomasi ekonomi AS di kawasan Asia Timur.