Ntvnews.id, Washington - Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Senin, 29 September 2025 mengumumkan rencana damai 20 poin yang bertujuan mengakhiri perang Israel di Jalur Gaza sekaligus membebaskan sandera yang ditahan di wilayah tersebut. Pengumuman itu disampaikan bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih.
“Sore ini, setelah konsultasi intensif dengan mitra di kawasan, saya resmi merilis prinsip-prinsip perdamaian yang, saya harus katakan, banyak disukai orang,” ujar Trump. Ia menambahkan bahwa satu-satunya pihak yang belum menyetujui rencana itu adalah Hamas, meski belum jelas apakah kelompok tersebut menerima dokumen resmi sebelum diumumkan.
“Pihak lain sudah setuju. Tapi saya rasa kita akan mendapat jawaban positif. Kalau tidak, seperti Anda tahu Bibi, kami akan mendukung penuh apa pun langkah yang perlu Anda ambil,” lanjutnya.
Baca Juga: Trump Akan Kerahkan Pasukan ke Portland untuk Hadapi 'Teroris'
Perang Israel di Gaza telah berlangsung hampir dua tahun, dengan dukungan penuh dari pemerintahan AS, termasuk pasokan senjata dan penggunaan hak veto di Dewan Keamanan PBB untuk menggagalkan resolusi gencatan senjata. Lebih dari 66.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, tewas, sementara sebagian besar wilayah Gaza hancur, memicu krisis pengungsian, pangan, air bersih, dan kesehatan.
Rencana Trump menargetkan transformasi Gaza menjadi “zona bebas teror yang tidak mengancam negara tetangga” sekaligus mendorong pembangunan kembali wilayah tersebut. Jika disepakati, perang akan dihentikan segera, pasukan Israel mundur ke posisi yang disepakati, dan operasi militer ditangguhkan hingga penarikan bertahap selesai.
Dalam 72 jam setelah persetujuan Israel, seluruh sandera, baik hidup maupun tewas, harus dikembalikan. Israel juga dijadwalkan membebaskan 250 napi seumur hidup dan 1.700 tahanan Gaza pasca-serangan 7 Oktober 2023. Untuk setiap jenazah sandera Israel, 15 jenazah warga Gaza akan dikembalikan. Anggota Hamas yang menyerahkan senjata akan diberikan amnesti, sementara yang ingin keluar dari Gaza difasilitasi ke negara penerima.
“Bantuan kemanusiaan penuh akan segera dikirim ke Gaza,” ujar Gedung Putih. Distribusi dilakukan oleh PBB, Bulan Sabit Merah, dan lembaga independen tanpa campur tangan pihak bertikai, mencakup rehabilitasi infrastruktur, rumah sakit, roti, dan alat berat untuk membersihkan puing-puing.
Baca Juga: Trump Isyaratkan Terobosan Krisis Timur Tengah, Apa Itu?
Trump juga mengusulkan pembentukan badan transisi bernama board of peace yang dipimpinnya, dengan Tony Blair dan sejumlah pemimpin dunia lainnya bergabung. “Para pemimpin Arab dan Israel meminta saya memimpin ini, jadi ketuanya adalah Presiden Donald J. Trump dari Amerika Serikat,” katanya. Badan ini akan bekerja sama dengan Bank Dunia dan lembaga internasional lain untuk membentuk pemerintahan baru terdiri atas warga Palestina dan pakar global, tanpa keterlibatan Hamas atau kelompok teroris lain.
Trump menambahkan bahwa Netanyahu menolak ide pembentukan negara Palestina. “Beberapa negara secara gegabah mengakui negara Palestina. Beberapa kawan kita di Eropa. Mereka orang baik, tapi saya rasa mereka lelah dengan konflik puluhan tahun ini,” ujarnya.
(Sumber: Antara)