Iran Kecam AS dan Eropa atas Lanjutan Sanksi Nuklir

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 28 Sep 2025, 13:45
thumbnail-author
Irene Anggita
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Presiden Iran Masoud Pezeshkian saat menghadiri konferensi pers di Teheran, Iran, pada 16 September 2024. Presiden Iran Masoud Pezeshkian saat menghadiri konferensi pers di Teheran, Iran, pada 16 September 2024. (ANTARA)

Ntvnews.id, Jakarta - Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, pada Sabtu, 27 September 2025 menegaskan bahwa Amerika Serikat (AS) merupakan penghalang utama dalam upaya menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015. Pernyataan itu muncul bersamaan dengan diberlakukannya kembali sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang sebelumnya dicabut berdasarkan perjanjian tersebut.

Berbicara di Bandara Teheran usai menghadiri Majelis Umum PBB (United Nations General Assembly/UNGA) di New York, Pezeshkian mengatakan bahwa Prancis, Inggris, dan Jerman—yang memicu mekanisme snapback—telah memperoleh informasi mengenai kesediaan Iran bekerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) selama kunjungannya ke forum PBB.

Baca Juga: Di Sidang Umum PBB, Trump Minta Eropa Bertindak dan Kritik Keras Program Nuklir Iran

"AS selalu berusaha mencegah tercapainya kesepakatan dengan mengemukakan alasan-alasan baru," katanya. "Faktanya, AS tidak dapat menoleransi Iran yang kuat dan ingin melemahkan negara kami."

Bulan lalu, ketiga negara Eropa tersebut mengaktifkan klausul snapback dalam Rencana Aksi Komprehensif Bersama (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA). Langkah itu membuat sanksi PBB yang sebelumnya dicabut sebagai imbalan atas pembatasan program nuklir Iran kembali diberlakukan.

Menanggapi hal itu, sebelum sanksi efektif diterapkan, Iran menarik duta besarnya dari ketiga negara tersebut. Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menilai mekanisme snapback "ilegal, tidak sah, dan tidak memiliki dasar hukum". Ia juga menuding krisis tersebut terjadi akibat "pengkhianatan AS dan sikap pasif Eropa."

"AS mengkhianati diplomasi. Eropa menguburnya," ujarnya.

Kesepakatan JCPOA, yang ditandatangani pada 2015 antara Iran dan enam negara besar, mulai menghadapi tekanan sejak Washington secara sepihak keluar dari perjanjian pada 2018. Keputusan itu mendorong Teheran untuk secara bertahap mengurangi tingkat kepatuhan terhadap isi perjanjian.

Sumber: ANTARA

x|close