Menbud Fadli Zon: Prasasti Yupa Bukti Keluhuran Tertua Nusantara

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 8 Sep 2025, 23:05
thumbnail-author
Irene Anggita
Penulis
thumbnail-author
Tim Redaksi
Editor
Bagikan
Pajangan tujuh prasasti Yupa di Museum Mulawarman, Tenggarong, Kutai Kartanegara. Pajangan tujuh prasasti Yupa di Museum Mulawarman, Tenggarong, Kutai Kartanegara. (ANTARA)

Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menyatakan bahwa Prasasti Yupa, yang diusulkan sebagai bagian dari program Memory of the World (MOW) UNESCO, menjadi bukti keluhuran tertua Nusantara.

"Hari ini kita mengukir langkah bersejarah, Prasasti Yupa, bukti tertulis tertua di Nusantara dari abad ke-4 Masehi, diusulkan sebagai nominasi untuk MOW UNESCO, sekaligus pengisi kekosongan warisan dokumenter Indonesia dari periode peradaban awal," ujar Fadli Zon secara daring di Samarinda, Senin, 8 September 2025. 

Menurut Fadli Zon, melalui warisan dokumenter, bangsa dapat menelusuri jejak pemikiran dan nilai luhur yang membentuk identitas, sejalan dengan visi UNESCO untuk melawan amnesia kolektif.

Prasasti Yupa melengkapi 16 warisan dokumenter Indonesia yang telah diakui UNESCO, termasuk La Galigo dan Negarakretagama, di mana sebelumnya belum ada yang mewakili periode peradaban awal.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon bahas soal prasasti tablet Museum Bagawanta Bhari Kediriyang pulih pasca-penjarahan di Denpasar, Bali, Rabu 3/9/2025.  <b>(ANTARA)</b> Menteri Kebudayaan Fadli Zon bahas soal prasasti tablet Museum Bagawanta Bhari Kediriyang pulih pasca-penjarahan di Denpasar, Bali, Rabu 3/9/2025. (ANTARA)

"Prasasti dengan aksara Pallawa dan berbahasa Sanskerta ini merupakan landasan transisi sejarah yang menjadi simbol otentik peralihan Indonesia dari era prasejarah ke era sejarah," kata Fadli Zon.

Artefak ini juga menjadi jembatan budaya global, hasil kontak maritim dengan India, yang menunjukkan kemampuan bangsa dalam mengadaptasi aksara, agama, dan sistem politik dengan kearifan lokal.

Selain merekam silsilah raja-raja Kutai untuk menegaskan legitimasi kekuasaan, Yupa juga menjadi narasi penting yang menjembatani perkembangan bahasa Indo-Arya dengan bahasa-bahasa lokal Nusantara.

Nominasi ini didasarkan pada kesesuaian Yupa dengan tiga kriteria utama MOW UNESCO, yaitu keaslian dan keunikan, nilai universal, serta risiko kelangkaan.

Tujuh prasasti Yupa yang tersimpan di Museum Nasional Indonesia telah terverifikasi keasliannya, menunjukkan nilai universal dalam adaptasi aksara, serta menghadapi risiko kelangkaan karena sebagai benda batu andesit berusia lebih dari 1.600 tahun rentan terhadap pelapukan.

"Untuk melindunginya, digitalisasi 3D dan pembuatan replika telah dilakukan, dan pengakuan UNESCO diharapkan dapat memperkuat upaya proteksi ini," tutur Fadli Zon.

Pemerintah juga memberikan dukungan melalui penguatan program repatriasi arsip, kolaborasi riset multidisipliner untuk menyusun dossier, hingga revitalisasi budaya lokal melalui Festival Erau.

"Pengakuan ini diharapkan menjadi katalis bagi pendidikan melalui integrasi kurikulum, pengembangan ekonomi kreatif, serta penguatan diplomasi budaya dengan negara mitra seperti Belanda dan India," ujarnya. (Sumber: Antara)

x|close