Perintah Mendagri Tito ke Kepala Daerah Tunda Perjalanan Luar Negeri dan Hindari Pesta Mewah

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 1 Sep 2025, 19:43
thumbnail-author
Satria Angkasa
Penulis
thumbnail-author
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin (tengah) didampingi Mendagri Tito Karnavian (kiri), Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto (kedua kiri), KSAU Marsekal TNI M. Tonny Harjono (ketiga kiri), KSAD Jenderal TNI Maruli Simanjuntak (ketiga kanan), Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo (kedua kanan), Kepala BIN Muhammad Herindra (kanan) menyampaikan keterangan pers usai mengikuti Sidang Paripurna Kabinet Merah Putih di Kantor Presiden, Jakarta, Minggu 31 Agustus 2025. Menhan menegaskan bahwa Presiden Prabowo memerintahkan kepada Polri dan TNI untuk tetap solid dan bekerja sama dalam melaksanakan tugas dalam mencapai keamanan dan kenyamanan bagi masyarakat Indonesia serta untuk tidak ragu-ragu mengambil langkah yang terukur dan tegas atas pelanggaran hukum yang terjadi seperti pembakaran gedung pemerintahan, penjarahan rumah pribadi hingga pengrusakan fasilitas umum. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa. Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin (tengah) didampingi Mendagri Tito Karnavian (kiri), Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto (kedua kiri), KSAU Marsekal TNI M. Tonny Harjono (ketiga kiri), KSAD Jenderal TNI Maruli Simanjuntak (ketiga kanan), Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo (kedua kanan), Kepala BIN Muhammad Herindra (kanan) menyampaikan keterangan pers usai mengikuti Sidang Paripurna Kabinet Merah Putih di Kantor Presiden, Jakarta, Minggu 31 Agustus 2025. Menhan menegaskan bahwa Presiden Prabowo memerintahkan kepada Polri dan TNI untuk tetap solid dan bekerja sama dalam melaksanakan tugas dalam mencapai keamanan dan kenyamanan bagi masyarakat Indonesia serta untuk tidak ragu-ragu mengambil langkah yang terukur dan tegas atas pelanggaran hukum yang terjadi seperti pembakaran gedung pemerintahan, penjarahan rumah pribadi hingga pengrusakan fasilitas umum. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa. (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meminta seluruh kepala daerah untuk menahan diri dari kegiatan yang berlebihan, termasuk menunda perjalanan ke luar negeri serta tidak menggelar pesta mewah maupun hiburan berskala besar.

Ia menekankan, langkah tersebut penting guna menciptakan suasana kondusif di tengah meningkatnya aksi unjuk rasa dalam sepekan terakhir.
"Ini diperlukan untuk meredam keresahan publik serta menjaga stabilitas sosial di daerah," ujar Tito dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Selain itu, Tito juga mengingatkan agar para pejabat daerah lebih berhati-hati dalam menyampaikan pernyataan di ruang publik. Ia menilai, setiap kepala daerah sebaiknya berbicara sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) agar tidak menimbulkan salah tafsir yang berpotensi memicu kegaduhan baru di masyarakat.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Iwan Setiawan, menilai instruksi Mendagri tersebut merupakan langkah yang tepat dalam menjaga kondusivitas daerah. Menurutnya, kebijakan itu juga mencerminkan kepekaan pemerintah terhadap kondisi rakyat yang tengah menghadapi tekanan ekonomi.
“Upaya Mendagri ini adalah bentuk mengedepankan empati kepada rakyat. Jika pejabatnya merakyat, tidak pamer, dan mampu menjaga perasaan masyarakat, maka potensi gejolak bisa ditekan,” kata Iwan.

Baca Juga: Polisi Tangkap 70 Orang Diduga Terlibat Kericuhan di Jakarta Utara

Iwan juga menegaskan, komunikasi publik dari pejabat daerah berperan besar dalam menciptakan suasana damai. Kepala daerah, lanjutnya, harus bisa memahami kondisi psikologis warganya sehingga setiap pernyataan tidak menyinggung atau memperburuk keadaan.
“Komunikasi publik yang baik akan membantu menciptakan suasana tenang. Seorang kepala daerah harus hadir sebagai penyejuk, bukan justru memancing kemarahan rakyat,” jelasnya.

Lebih jauh, Iwan mendukung strategi pemerintah yang lebih menekankan pendekatan empati daripada sekadar mengandalkan instrumen keamanan. Menurutnya, cara itu lebih efektif untuk meredam ketegangan sosial sekaligus menjaga stabilitas daerah.
“Pendekatan empati ini lebih bisa diandalkan untuk mencegah eskalasi. Jika ditopang dengan kebijakan yang benar-benar pro rakyat, maka situasi kondusif dapat terus terjaga,” tuturnya.

 

(Sumber : Antara)

x|close