Ntvnews.id, Jakarta - Reporters Without Borders (RSF) menyampaikan tuduhan serius terhadap Israel, dengan menyatakan bahwa negara tersebut secara sengaja menargetkan jurnalis dalam serangannya. RSF juga menyerukan agar Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa segera mengadakan sidang darurat untuk menghentikan apa yang mereka sebut sebagai "pembantaian jurnalis".
Pada Senin, 25 Agustus 2025, sebuah serangan artileri Israel menyasar sekelompok jurnalis yang berada di Kompleks Medis Nasser, Khan Yunis, wilayah selatan Jalur Gaza. Insiden tersebut menyebabkan 20 warga Palestina kehilangan nyawa, termasuk lima jurnalis dan seorang sopir pemadam kebakaran. Beberapa lainnya turut mengalami luka-luka.
Dalam pernyataan resminya, Reporters Without Borders — atau Reporters sans frontières, organisasi non-pemerintah asal Prancis yang berdiri sejak 1985 — mengecam keras kematian para jurnalis Palestina yang disebabkan oleh serangan militer Israel.
Thibaut Bruttin, Direktur Jenderal RSF, mengungkapkan bahwa lebih dari 200 jurnalis telah terbunuh oleh pasukan Israel di Gaza dalam kurun dua tahun terakhir.
"Sepuluh tahun setelah Dewan Keamanan PBB mengadopsi Resolusi 2222 yang melindungi jurnalis di masa konflik, tentara Israel justru mengabaikan penerapannya," kata dia.
Bruttin juga mempertanyakan sejauh mana tindakan militer Israel akan terus berupaya membungkam arus informasi dari Gaza. "Sejauh mana pasukan bersenjata Israel akan melangkah dalam upaya mereka membungkam informasi dari Gaza?" tanya Bruttin.
(Sumber: Antara)