Ntvnews.id, Istanbul - Pemerintah Prancis mengonfirmasi akan menyalurkan bantuan kemanusiaan seberat total 40 ton ke wilayah Jalur Gaza melalui pengiriman udara yang dimulai pada Jumat, 1 Agustus mendatang.
Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot, dalam wawancara dengan saluran televisi BFM TV pada Selasa, 29 Juli 2025 waktu setempat, menyatakan bahwa pengiriman tersebut akan dilakukan dalam koordinasi dengan pemerintah Yordania.
“Kami akan mengatur, mulai Jumat dan dengan koordinasi erat dengan otoritas Yordania, empat penerbangan yang masing-masing membawa 10 ton makanan ke Jalur Gaza,” ujarnya, dikutip Rabu, 30 Juli 2025.
Pernyataan tersebut disampaikannya saat ia menjabat sebagai salah satu pimpinan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) mengenai solusi dua negara untuk menyelesaikan konflik antara Palestina dan Israel, yang diadakan di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York.
Barrot menyebut bahwa jalur pengiriman bantuan melalui udara memiliki nilai positif, tetapi belum cukup untuk menjawab kebutuhan mendesak masyarakat Gaza. Ia menjelaskan bahwa saat ini, masih ada bantuan kemanusiaan dari Prancis seberat 52 ton metrik yang belum bisa dikirimkan karena terhambat hanya beberapa kilometer dari wilayah Gaza.
Baca Juga: Inggris untuk Pertama Kalinya Kirim Bantuan ke Gaza
“Rute udara ini ‘bermanfaat’ namun ‘tidak memadai’, dan mencatat bahwa 52 ton metrik bantuan kemanusiaan Prancis saat ini tertahan hanya beberapa kilometer dari Jalur Gaza,” jelas Barrot.
“Oleh karena itu, sangat penting bagi otoritas Israel agar setuju untuk membuka kembali akses darat ke Gaza dengan cara yang cukup berarti guna meringankan penderitaan mengerikan yang dialami penduduk sipil di sana," tambahnya.
Lebih lanjut, Barrot juga menyampaikan bahwa langkah Prancis dalam mendukung Palestina telah melampaui target awal mereka, khususnya dengan adanya sinyal positif dari Inggris yang tengah mempertimbangkan pengakuan resmi atas negara Palestina.
“Negara-negara lain mengikuti langkah tersebut. Singkatnya, kami telah menghidupkan kembali cakrawala politik: solusi dua negara, yang sebelumnya berada di ambang kehancuran," katanya.
(Sumber: Antara)