Ntvnews.id, Jakarta - Produk pemanis nol kalori yang bukan gula semakin digemari, terutama di kalangan masyarakat yang peduli pada kesehatan atau memiliki kondisi seperti diabetes.
Namun, menurut dokter spesialis gizi lulusan Universitas Indonesia, dr. Consistania Ribuan, Sp.GK, AIFO-K, FINEM, anggapan bahwa semua pemanis non-gula dan nol kalori otomatis lebih sehat tidak sepenuhnya tepat.
“Dibilang lebih sehat atau tidak sebenarnya kalau bagi penderita diabetes atau bagi yang tidak ingin konsumsi banyak gula itu boleh jadi salah satu alternatif, tapi ada hal yang perlu diperhatikan,” ujarnya dalam gelar wicara Ravelle di Jakarta, Minggu, 28 September 2025.
Jenis pemanis ini memang bisa menjadi pilihan alternatif bagi penderita diabetes atau mereka yang ingin mengurangi asupan gula harian. Namun, tidak semua produk yang mengklaim “alami” benar-benar bebas dari risiko.
“Kalau dia benar-benar dari tumbuhan dan murni, tanpa tambahan bahan lain, boleh saja. Tapi yang sering jadi masalah adalah banyak produk dicampur dengan zat tambahan lain yang justru bisa membahayakan kesehatan,” jelas dia.
Baca Juga: Nasi Matang Wajib Cepat Dipindahkan, Cegah Lonjakan Gula Darah
Ia mengingatkan masyarakat agar selalu cermat saat memilih produk pemanis, khususnya dengan membaca label komposisi secara teliti. Salah satu bahan yang harus dihindari adalah sukrosa, yang merupakan bentuk gula sederhana dan umum ditemukan dalam makanan olahan.
“Kalau di label tertulis sukrosa, itu berarti gula biasa. Harus dibatasi, terutama dalam jumlah besar,” kata dr. Consistania.
Meski pemanis alternatif dapat membantu mengurangi konsumsi gula, dokter itu menegaskan bahwa hal ini bukanlah alasan untuk mengonsumsi makanan manis secara bebas.
“Jangan sampai kita pikir semua makanan manis aman dikonsumsi hanya karena pakai pemanis non-gula. Kita tetap harus melatih diri mengurangi kebutuhan akan rasa manis,” tegasnya.
Dengan demikian, penggunaan pemanis alternatif memang dapat menjadi solusi, namun tidak tanpa syarat. Edukasi bagi konsumen dalam membaca label dan memahami kandungan gizi tetap menjadi kunci utama dalam menjaga pola makan sehat.
(Sumber : Antara)