Ntvnews.id, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) meningkatkan kesiapsiagaan dan pemantauan terhadap potensi dampak erupsi Gunung Semeru, Jawa Timur.
Langkah ini dilakukan sebagai respons cepat atas laporan Badan Geologi yang menetapkan kenaikan status aktivitas vulkanik Semeru dari Level III (Siaga) menjadi Level IV (Awas) pada Rabu 19 November 2025 kemarin.
Sebelumnya, pada pukul 14.13 WIB, Gunung Semeru mengalami erupsi berupa Awan Panas yang berlangsung beruntun dengan amplitudo maksimum mencapai 37 mm. Kondisi visual yang tertutup kabut membuat jarak luncur awan panas belum terpantau secara pasti.
Badan Geologi mengimbau masyarakat untuk tidak beraktivitas pada sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan hingga radius 20 kilometer dari puncak gunung. Pemerintah Kabupaten Lumajang mengeluarkan Status Tanggap Darurat selama 7 (tujuh) hari terhitung sejak 19 November 2025 sampai dengan 25 November 2025.
Baca juga: Kementerian PU Mulai Pembangunan Sekolah Rakyat Rp2,66 T di 3 Provinsi
Sebagai bentuk kesiapsiagaan, Kementerian PU melalui balai-balai di Jawa Timur seperti (Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur–Bali dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas terus melakukan koordinasi intensif dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, dan instansi terkait lainnya untuk memantau infrastruktur yang berpotensi terdampak erupsi Gunung Semeru.
Pemantauan kondisi salah satunya dilakukan pada 20 jembatan yang masuk pada jaringan jalan nasional yang berada di zona potensi paparan awan panas maupun aliran material vulkanik.
“Kami menghimbau masyarakat untuk tetap mengikuti arahan Badan Geologi dan BPBD setempat. Kementerian PU terus memonitor kondisi infrastruktur di kawasan Semeru,"kata Menteri PU Dody Hanggodo dalam keterangan tertulisnya, Kamis 20 November 2025.
Gunung Semeru erupsi pada Minggu (14/9/2025) pukul 07.33 WIB. (ANTARA)
Kepala BBPJN Jatim-Bali, Javid Hurriyanto mengatakan hingga saat ini, penanganan teknis belum dilakukan karena aktivitas vulkanik masih berlangsung dan situasi lapangan belum aman bagi petugas.
Namun seluruh perangkat teknis BBPJN Jatim-Bali telah disiagakan untuk melakukan pemeriksaan, pembersihan, hingga penanganan darurat apabila kondisi memungkinkan.
"Seluruh tim kami dalam posisi siaga untuk memastikan jembatan dan aksesibilitas tetap aman. Jembatan Besuk Koboan sudah dapat diakses, baru selesai proses pembersihan jembatan dari abu vulkanik," kata Javid.
Baca juga: Kementerian PU Bangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Modern di Cimahi, Habiskan Rp33,9 Miliar
Dalam radius kawasan yang berpotensi terdampak, terdapat 20 jembatan jaringan jalan nasional yang saat ini menjadi fokus pemantauan.
Jembatan-jembatan tersebut meliputi struktur dengan panjang bervariasi, seperti Jembatan Kali Manjing (73 meter), Kali Genting (16,9 meter), Lebakroto (14 meter), Sumber Bulus A (38,5 meter), Sumber Bulus B (35,6 meter), Kali Glidik I (7 meter), Kali Glidik II (38 meter), Sumber Rowo III (25 meter), Kali Bening (31 meter), dan Kali Lengkong (80,4 meter).
Selain itu, turut dipantau Jembatan Kali Telu (7,5 meter), Supit Urang II (6,5 meter), Besuk Kobokan (129 meter), Krumbang (8,1 meter), Kali Kecik (15,7 meter), Kali Pancing (100 meter), Kali Mujur (183 meter), Jagalan (7,2 meter), Dam Songo (8,8 meter), serta Krobyokan (16,5 meter).
Luncuran awan panas Gunung Semeru terpantau di CCTV sudah mencapai di bawah jembatan Gladak Perak Lumajang pada Rabu, 19 November 2025 petang. ANTARA/HO-CCTV Semeru (Antara)