Ntvnews.id, Jakarta - PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mengakui mengimpor emas kurang lebih 30 ton dari Singapura dan Australia untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.
“Mungkin sekitar 30-an ton,” ucap Direktur Utama Antam Achmad Ardianto dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR dikutip, Rabu 1 Oktober 2025.
Ia menjelaskan, impor emas dilakukan karena produksi emas Antam di tambang Pongkor, Jawa Barat, hanya sekitar 1 ton per tahun.
Padahal, realisasi penjualan emas Antam pada 2024 mencapai 43 ton dan tahun ini perusahaan menargetkan penjualan 45 ton.
Baca juga: Harga Emas Antam Hari Ini Pecah Rekor, 1 Gram Tembus Rp2.237.000
Untuk mengejar target tersebut, Antam mengandalkan sejumlah sumber, seperti emas hasil buyback dari masyarakat.
Namun, jumlah emas yang kembali melalui mekanisme buyback hanya sekitar 2,5 ton per tahun, jauh di bawah kebutuhan.
“Itu (buyback) menjadi sumber bagi kami untuk dicetak dengan versi yang baru, tetapi hanya dapat 2,5 ton dalam setahun. Kita masih kekurangan emas,” lanjutnya.
Selain itu, Antam juga mengajukan penawaran pembelian emas kepada perusahaan-perusahaan tambang yang memurnikan produknya di fasilitas Antam.
Sayangnya, kesepakatan jarang tercapai lantaran terkendala pajak dan tidak adanya kewajiban bagi perusahaan tambang untuk menjual emas mereka ke Antam.
Ia pun memastikan bahwa emas yang diimpor oleh Antam berasal dari perusahaan yang terafiliasi dengan London Bullion Market (LBMA) yang berlokasi di Singapura maupun Australia.
“Kenapa Antam impor? Karena terpaksa, karena kebutuhan masyarakat besar, sementara sumbernya tidak ada,” bebernya.
Ia juga menampik anggapan bahwa Antam mengekspor emas ke luar negeri.
Menurutnya, ekspor emas dilakukan oleh perusahaan tambang lain di Indonesia, bukan oleh Antam.
“Antam tidak pernah mengekspor emas. Yang mengekspor emas itu adalah perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia,” tandasnya.