Ntvnews.id, Madrid - Sepasang turis asal Spanyol harus menelan kekecewaan setelah gagal berangkat ke Puerto Rico akibat salah informasi soal visa yang mereka dapatkan dari ChatGPT.
Dalam video yang viral di TikTok, Mery Caldass tampak menangis di bandara, sementara sang kekasih, Alejandro Cid, mencoba menenangkannya.
“Aku biasanya riset sendiri, tapi kali ini aku bertanya ke ChatGPT. Jawabannya ‘tidak perlu visa’, jadi kami percaya bisa masuk,” kata Mery sambil berlinang air mata, dikutip dari Daily Mail, Kamis, 21 Agustus 2025.
Dengan nada bercanda di tengah kesedihannya, Mery bahkan menyebut kegagalan ini seperti bentuk ‘balas dendam’ ChatGPT karena ia sering mengejek AI tersebut. Videonya langsung disaksikan jutaan orang dan memicu beragam komentar.
Baca Juga: Siap-siap Apple Bikin Aplikasi Pesaing ChatGPT
Banyak warganet menyoroti pasangan ini karena terlalu mengandalkan jawaban AI tanpa memastikan lewat sumber resmi.
Padahal, faktanya warga Spanyol memang tidak membutuhkan visa untuk masuk ke Puerto Rico, tetapi tetap wajib mendaftar Electronic System for Travel Authorization (ESTA) karena wilayah itu termasuk bagian dari Amerika Serikat. Detail ini yang terlewat dari perhatian pasangan tersebut.
Kasus salah informasi dari ChatGPT bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya, seorang pria berusia 60 tahun di AS harus dirawat di rumah sakit setelah mengikuti saran diet AI yang keliru.
Ia mengganti garam dapur dengan natrium bromida, bahan kimia beracun yang biasanya dipakai untuk membersihkan kolam renang. Akibatnya, ia mengalami halusinasi, paranoia, hingga kecemasan berat dan harus menjalani perawatan tiga minggu.
Baca Juga: ChatGPT Luncurkan Fitur Baru 'Deep Research' untuk Hadapi DeepSeek?
Dokter yang menangani kemudian menguji ChatGPT dan mendapati AI itu tetap merekomendasikan natrium bromida sebagai alternatif sehat tanpa menyertakan peringatan bahaya. Kondisi keracunan bromida, yang nyaris tak ditemui sejak abad ke-20, kembali muncul gara-gara saran tersebut.
Dua insiden ini memicu perdebatan soal batas penggunaan AI. Meski dapat mempermudah banyak hal, untuk urusan vital seperti perjalanan internasional maupun kesehatan, pengguna tetap harus memverifikasi informasi ke sumber resmi atau ahli. Mengandalkan AI sebagai satu-satunya rujukan dalam keputusan penting jelas berisiko.