Ntvnews.id, Jakarta - Sebuah studi yang dirilis baru-baru ini menyebutkan, hanya sebagian kecil perusahaan otomotif yang akan mampu mempertahankan investasi besar-besaran dalam kecerdasan buatan (AI) dalam beberapa tahun ke depan.
Kondisi ini memunculkan keraguan mengenai apakah "euphoria" teknologi saat ini akan menghasilkan manfaat jangka panjang.
Menurut laporan prediksi sektor otomotif 2026 dari firma riset teknologi Gartner, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (9/12/2025), hanya sekitar 5% produsen mobil yang diperkirakan masih mempertahankan pertumbuhan investasi AI yang agresif pada 2029.
Angka ini merosot jauh dari lebih dari 95% perusahaan yang saat ini gencar menggelontorkan dana untuk AI.
Temuan tersebut menunjukkan hanya produsen mobil dengan fondasi perangkat lunak yang kuat, kepemimpinan yang melek teknologi, serta fokus jangka panjang dan konsisten terhadap AI yang akan mampu bertahan dan unggul.
Kondisi ini berpotensi memperlebar kesenjangan kompetitif dalam adopsi AI di industri otomotif.
Volkswagen (VW) dan produsen otomotif tradisional lainnya, yang selama ini unggul dalam rekayasa teknik namun lemah dalam pengembangan perangkat lunak, kini berusaha mengejar ketertinggalan dari kompetitor berbasis teknologi seperti Tesla dan BYD.
Banyak produsen lama mencoba beradaptasi, namun hambatan internal dan pola pikir usang masih menjadi ganjalan, menurut analis Gartner Pedro Pacheco dalam wawancaranya dengan Reuters.
Pacheco menegaskan, untuk berhasil, perusahaan harus bertransformasi menjadi organisasi yang "digital-first", menghapus sekat-sekat internal, serta menempatkan teknologi sebagai prioritas utama, termasuk memastikan pemimpin unit perangkat lunak melapor langsung kepada CEO.
"Perusahaan yang tidak kuat di sisi perangkat lunak akan menghadapi banyak kesulitan," kata Pacheco.
Ilustrasi. Sebuah mobil sedang melaju di jalanan. (Foto: Istimewa)