Call Center SAGI 127 Perkuat Pelaksanaan Program MBG, Prof Ikeu: Peran Masyarakat Sangat Penting

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 8 Des 2025, 21:30
thumbnail-author
Adiantoro
Penulis
thumbnail-author
Editor
Bagikan
Prof. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, M.S., Ahli Gizi IPB dan Dewan Pakar Bidang Gizi Badan Gizi Nasional (BGN), saat menjadi narasumber dalam program "Asta Cita" yang dipandu jurnalis Nusantara TV Ellyza Hasan, Senin, 8 November 2025. Prof. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, M.S., Ahli Gizi IPB dan Dewan Pakar Bidang Gizi Badan Gizi Nasional (BGN), saat menjadi narasumber dalam program "Asta Cita" yang dipandu jurnalis Nusantara TV Ellyza Hasan, Senin, 8 November 2025.

Ntvnews.id, Jakarta - Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) telah berjalan selama 11 bulan. Di tengah upaya nasional menekan stunting dan masalah kekurangan gizi, pemerintah menghadirkan layanan call center SAGI 127 sebagai sistem peringatan dini sekaligus respons cepat terhadap persoalan gizi di masyarakat.

Melalui layanan ini, masyarakat dapat langsung melaporkan kondisi anak, ibu hamil, atau keluarga yang berisiko mengalami gangguan gizi agar segera ditangani oleh tenaga dan institusi terkait.

Prof. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, M.S., Ahli Gizi IPB dan Dewan Pakar Bidang Gizi Badan Gizi Nasional (BGN), berharap masyarakat berperan aktif dalam pendampingan, monitoring, maupun pengawasan.

"Program SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) Makanan Bergizi Gratis adalah program pemerintah, tetapi utamanya untuk kesejahteraan anak dan ibu hamil," ujar Prof. Ikeu saat menjadi narasumber dalam program "Asta Cita" yang dipandu jurnalis Nusantara TV Ellyza Hasan, Senin, 8 November 2025.

Dia menekankan pentingnya peran masyarakat dalam melaporkan masalah di lapangan agar pengelolaan SPPG dapat diperbaiki. Terkait layanan, aduan, dan sasaran utama, Prof. Ikeu menjelaskan SAGI dibagi menjadi tiga kelompok masyarakat yang dapat menyampaikan aduan. 

Pertama, dari sisi internal, seperti SPPG. "Jika SPPG menghadapi permasalahan, mereka juga bisa mengadukan hal tersebut ke BGN. Kedua, masyarakat umum dapat melaporkan ketidaksesuaian yang mereka temui dengan standar yang seharusnya," ujarnya.

Selain itu, selama perjalanan MBG, jika terdapat ketidaksesuaian menu, keragaman pangan, atau pendistribusian, hal ini juga dapat diadukan. 

"Kelompok ketiga adalah mitra BGN. Mitra yang membangun dapur-dapur, apabila menghadapi kesulitan dalam pengelolaan SPPG, juga bisa menyampaikan aduan ke BGN," tambah Prof. Ikeu.

Dia juga menjelaskan alur penanganan aduan. Masyarakat dapat mengadu cukup dengan menekan nomor 127, yang tersedia 24 jam.

"Kami menyiapkan 127 relawan secara bergantian untuk menerima aduan 24 jam. Baik aduan dari internal, masyarakat, maupun mitra, semua bisa ditanyakan, disampaikan keluhannya, atau diajukan permintaannya. Nantinya aduan akan dikategorikan sesuai jenisnya," jelasnya.

Setelah aduan diterima, pihaknya akan menganalisis dan menentukan ke siapa aduan tersebut ditindaklanjuti, apakah ke SPPG, Deputi terkait, atau Direktur. "Tergantung permasalahan yang diterima, aduan akan disalurkan ke pihak yang tepat agar bisa segera ditangani," tambah Prof. Ikeu.

SAGI sudah dapat digunakan di seluruh Indonesia. Misalnya, jika ada keluhan anak sakit setelah mengonsumsi MBG, call center akan menghubungi SPPG terdekat untuk menindaklanjuti, termasuk membawa anak ke fasilitas kesehatan jika diperlukan.

Sejak diluncurkan pada 17 November, SAGI telah menerima 757 aduan, mayoritas dari masyarakat dan mitra. Prof. Ikeu menilai hal ini menunjukkan tingginya perhatian masyarakat terhadap MBG, yang menjadi pendorong perbaikan layanan.

Salah satu tantangan adalah layanan aduan SAGI 127 masih berbayar, meski upaya sedang dilakukan agar biaya ditanggung BGN sehingga semua masyarakat, termasuk yang tidak punya pulsa, dapat mengakses layanan ini.

"Kami telah mengajukan permohonan ke Komdigi (Kementerian Komunikasi dan Digital). Nantinya, jika ada pengaduan, pembayarannya akan ditagihkan ke BGN, namun saat ini masih dalam proses. Kami berupaya memberikan akses seluas-luasnya kepada masyarakat, sehingga mereka yang tidak memiliki pulsa tetap bisa menelepon untuk menyampaikan pengaduan. Memberikan akses yang sebesar-besarnya kepada masyarakat memang menjadi salah satu tantangan utama kami," urainya.

Terkait penurunan stunting, SAGI menjadi pintu tunggal untuk menampung keluhan terkait MBG, sehingga data bisa dianalisis lebih efektif. Masyarakat juga dapat memantau menu MBG untuk 3B (ibu hamil, ibu menyusui, dan balita) agar sesuai standar gizi yang ditetapkan BGN, mencakup proporsi karbohidrat, protein, sayur, dan buah.

Program MBG tidak hanya menyediakan makanan bergizi, tetapi juga mendidik konsumsi seimbang dan sehat. Lingkungan keluarga dan sekolah turut berperan dalam memastikan anak mengonsumsi makanan bergizi.

Prof. Ikeu menjelaskan, tujuan utama program Makanan Bergizi Gratis sebenarnya adalah pemenuhan gizi nasional sekaligus memperbaiki perilaku konsumsi makan masyarakat menuju pola yang lebih sehat.

Program MBG memiliki empat tujuan khusus. Pertama, perbaikan status gizi, yang diwujudkan melalui perilaku konsumsi yang sehat. Kedua, peningkatan capaian pendidikan. 

"Asumsinya, jika anak-anak sehat dan gizinya terpenuhi, mereka akan lebih mudah berkonsentrasi dan mencerna pelajaran dengan baik, sehingga capaian pendidikan mereka juga meningkat," tegasnya.

Tujuan ketiga adalah penurunan kemiskinan. MBG membuka kesempatan kerja bagi banyak orang. "Setiap dapur gizi melibatkan sekitar 50 pegawai. Tiga di antaranya adalah ahli gizi, akuntan, dan Kepala SPPG, sementara 47 lainnya adalah relawan dari masyarakat sekitar. Bahkan, sebaiknya 30% dari mereka berasal dari masyarakat kurang mampu," jelas Prof Ikeu.

Keempat, program ini bertujuan membangun ekonomi dengan meningkatkan kesejahteraan manusia. "Pengembangan sumber daya manusia ini penting dalam rangka membangun Indonesia Emas 2045," tambah Prof. Ikeu.

Selain itu, Prof. Ikeu berharap layanan call center dari BGN untuk pengaduan ini dapat dimanfaatkan dengan optimal oleh siapa saja, termasuk orang tua, anak muda, remaja, maupun mitra internal, untuk menyampaikan aduan. 

"Aduan yang masuk akan diolah dan ditindaklanjuti sesuai jenisnya," ujarnya.

"Melalui SAGI, kami telah mencoba berkomunikasi dengan masyarakat, memberikan informasi, serta membuka akses seluas-luasnya agar masyarakat tidak hanya bisa menyampaikan aduan, tetapi juga rekomendasi terbaik. Dengan demikian, program MBG dapat terus diperbaiki dan dikembangkan," tukas Prof Ikeu.

x|close