Ntvnews.id, Taiwan - Ribuan penerbangan di Taiwan terdampak imbas latihan militer skala besar yang digelar China di sekitar pulau tersebut. Ketegangan di kawasan Selat Taiwan membuat aktivitas penerbangan sipil terganggu secara signifikan, terutama pada rute domestik dan internasional.
Melansir Reuters, Kementerian Perhubungan Taiwan menyatakan bahwa lebih dari 100.000 penumpang penerbangan internasional berpotensi terdampak pada Selasa, 30 Desember 2025. Selain itu, sekitar 80 penerbangan domestik terpaksa dibatalkan akibat situasi keamanan yang meningkat di wilayah udara sekitar Taiwan.
Gangguan penerbangan ini terjadi seiring latihan militer besar-besaran yang diumumkan China sejak Senin. Beijing menggelar latihan di lima sisi perairan dan wilayah udara yang mengelilingi Taiwan, termasuk latihan tembak langsung yang dilakukan pada Selasa pagi.
Baca Juga: China Tegaskan Latihan Militer di Taiwan Sebagai Peringatan Keras untuk Separatis
Akibat latihan tersebut, militer Taiwan menetapkan status siaga tinggi. Otoritas pertahanan setempat menyatakan kesiapan untuk melakukan latihan respons cepat, yakni prosedur pemindahan pasukan secara cepat apabila latihan militer China berkembang menjadi ancaman nyata.
Dalam perkembangan terbaru, aktivitas militer di Taiwan tampak meningkat. Sebuah jet tempur Mirage 2000 milik Angkatan Udara Taiwan terlihat bersiap lepas landas dari Pangkalan Udara Hsinchu saat latihan China berlangsung di sekitar pulau tersebut.
Kementerian Pertahanan Taiwan juga merilis video persenjataan, termasuk sistem roket HIMARS buatan Amerika Serikat dengan jangkauan sekitar 300 kilometer yang mampu menjangkau wilayah pesisir Provinsi Fujian di China selatan jika konflik terjadi.
Baca Juga: Taiwan Gertak Balik, Kerahkan F-16 dan Kapal Perang Hadapi Latihan Militer Skala Besar China
Latihan militer China kali ini disebut sebagai yang paling ekstensif sejak 2022. Dalam manuver tersebut, China mengerahkan sekitar 130 jet tempur dan 14 kapal perang untuk mengepung Taiwan, meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi konflik di kawasan Asia Timur.
Ketegangan ini juga tidak terlepas dari keputusan Amerika Serikat yang sebelumnya menyetujui penjualan senjata kepada Taiwan senilai sekitar US$ 11 miliar atau setara Rp 184 triliun. Langkah tersebut memperburuk hubungan Beijing dan Taipei yang memang telah memanas dalam beberapa bulan terakhir.
Bagi China, Taiwan dianggap sebagai bagian dari wilayahnya, sementara Taiwan memandang dirinya sebagai negara berdaulat dengan pemerintahan sendiri. Di tengah ketegangan geopolitik tersebut, dampak langsung kini dirasakan masyarakat sipil, salah satunya melalui pembatalan ribuan penerbangan dan terganggunya mobilitas udara di Taiwan.
Ilustrasi Pesawat (Pixabay)