Ntvnews.id, Caracas - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kebijakan yang ia sebut sebagai “blokade” terhadap kapal-kapal tanker minyak Venezuela yang terkena sanksi. Langkah ini menandai eskalasi signifikan tekanan Washington terhadap pemerintahan Presiden Venezuela, Nicolas Maduro.
Dilansir dari ABC News, Kamis, 18 Desember 2025, melalui unggahan panjang di platform media sosial miliknya, Trump menyatakan bahwa Venezuela kini dikepung sepenuhnya oleh armada terbesar yang pernah disatukan dalam sejarah Amerika Selatan.
Ia menambahkan bahwa kekuatan tersebut akan terus bertambah besar dan akan menimbulkan guncangan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya, sampai Venezuela mengembalikan kepada Amerika Serikat seluruh minyak, tanah, dan aset lain yang sebelumnya mereka curi.
Baca Juga: Trump: Pemerintah Venezuela Organisasi Teroris Asing
Trump tidak menjelaskan secara rinci aset apa saja yang dimaksud. Namun, pada era Presiden Hugo Chavez pendahulu Maduro Venezuela memang mengambil alih aset sejumlah perusahaan minyak Amerika Serikat setelah nasionalisasi ladang minyak pada 2007.
Dalam unggahan yang sama, Trump juga mengumumkan penerapan blokade total dan menyeluruh terhadap seluruh kapal tanker minyak bersanksi yang keluar masuk Venezuela, sembari menuntut pengembalian minyak dan aset tersebut.
Pemerintah Venezuela merespons keras pernyataan tersebut dengan menyebutnya sebagai ancaman sembrono dan serius yang melanggar hukum internasional, prinsip perdagangan bebas, serta kebebasan navigasi.
Arsip foto - Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyampaikan pidato setelah konferensi pers dengan anggota pers internasional di Hotel Eurobuilding di ibu kota Caracas, 15 September 2025. ANTARA/Ivan Mcgregor/Andolu/pri. (Antara)
“Presiden Amerika Serikat bermaksud memberlakukan secara sepenuhnya tidak rasional apa yang disebut sebagai blokade militer laut terhadap Venezuela dengan tujuan mencuri kekayaan yang menjadi milik tanah air kami,” demikian pernyataan pemerintah Venezuela, seperti dikutip ABC News, Kamis, 18 Desember 2025.
Sebelumbyq, Amerika Serikat dilaporkan saat ini memiliki 11 kapal perang di kawasan Karibia, jumlah tertinggi dalam beberapa dekade terakhir. Meski demikian, para pengamat menilai kekuatan tersebut belum memadai untuk menjalankan blokade laut dalam arti konvensional, yakni menutup sepenuhnya garis pantai suatu negara.
Reuters melaporkan pekan lalu bahwa armada kapal bersanksi yang membantu pengiriman minyak Venezuela berjumlah sekitar 30 unit. Sementara itu, data Tanker Trackers mencatat lebih dari selusin kapal tanker bersanksi saat ini berada di perairan Venezuela.
Baca Juga: LewatTelepon, Trump Tolak Rentetan Permintaan Presiden Venezuela Maduro
Pada pekan yang sama, Amerika Serikat juga menyita sebuah kapal tanker minyak bersanksi di lepas pantai Venezuela. Pejabat AS menyebut kapal tersebut terlibat dalam jaringan pengiriman minyak ilegal yang mendukung organisasi teroris asing serta digunakan untuk mengangkut minyak antara Venezuela dan Iran. Kapal itu dilaporkan sedang dalam perjalanan menuju Kuba.
Secara terpisah, sejak September, militer AS telah melancarkan puluhan serangan terhadap kapal-kapal yang diduga terlibat dalam penyelundupan narkotika. Pemerintahan Trump menyatakan operasi tersebut bertujuan menghentikan aliran narkoba ke wilayah Amerika Serikat.
Unggahan Trump pada Selasa malam tersebut muncul setelah Kepala Staf Gedung Putih Susie Wiles, seperti dikutip majalah Vanity Fair, mengatakan bahwa Trump “ingin terus meledakkan kapal sampai Maduro menyerah.”
Trump kembali mengecam pemerintahan Maduro sebagai “rezim bermusuhan.” Meski Washington telah lama menilai Maduro memimpin rezim yang korup dan otoriter, Trump pada bulan lalu mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan menetapkan Maduro sebagai pemimpin organisasi teroris asing.
“Rezim Maduro yang tidak sah menggunakan minyak dari ladang minyak curian ini untuk membiayai diri mereka sendiri, terorisme narkoba, perdagangan manusia, pembunuhan, dan penculikan,” tulis Trump.
Ia menegaskan bahwa, atas dugaan pencurian aset Amerika Serikat serta berbagai tuduhan lain, termasuk terorisme dan penyelundupan narkoba, pemerintahan Venezuela telah ditetapkan sebagai organisasi teroris asing.
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Venezuela Nicolas Maduro. ANTARA/Anadolu/pri. (Antara)