Ntvnews.id, Beijing - Presiden China Xi Jinping menyatakan bahwa pemerintahannya akan menyalurkan bantuan sebesar US$100 juta (sekitar Rp 1,6 triliun) kepada Palestina. Bantuan tersebut ditujukan untuk meringankan krisis kemanusiaan yang terjadi di Gaza sekaligus mendukung proses rekonstruksi di wilayah tersebut.
Dilansir dari AFP, Jumat, 5 Desember 2025, pernyataan itu disampaikan Xi dalam konferensi pers bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron usai keduanya menggelar pertemuan di Beijing.
Dalam kesempatan itu, Xi turut menyerukan perlunya membangun kepercayaan politik yang lebih mendalam antara China dan Prancis, dengan menekankan pentingnya saling mendukung sembari tetap menunjukkan "kemandirian" masing-masing negara.
Baca Juga: Serikat Jurnalis Gugat Israel Atas Penghalangan Liputan di Palestina
"Apa pun perubahan lingkungan eksternal, kedua belah pihak sebagai kekuatan besar harus selalu menunjukkan kemandirian dan visi strategis, menunjukkan saling pengertian dan saling mendukung dalam hal-hal inti dan isu-isu penting yang krusial," ujarnya.
"China dan Prancis harus menunjukkan rasa tanggung jawab mereka, mengibarkan panji multilateralisme dan berdiri teguh di sisi sejarah yang benar," imbuh Xi.
Presiden China, Xi Jinping. (Antara)
Macron sendiri bertemu Xi pada Kamis pagi sebagai bagian dari kunjungan kenegaraan selama tiga hari yang berfokus pada diplomasi dan perdagangan.
Dalam kunjungan tersebut, Macron berupaya agar Beijing turut memberikan tekanan kepada Rusia untuk menyetujui gencatan senjata di Ukraina, menyusul rangkaian diplomasi terbaru terkait rencana perdamaian yang dipimpin Amerika Serikat.
Baca Juga: Mesir Latih Ribuan Polisi Palestina Demi Persiapan Keamanan Gaza Pasca Perang
"Kita menghadapi risiko disintegrasi tatanan internasional yang telah membawa perdamaian bagi dunia selama beberapa dekade, dan dalam konteks ini, dialog antara China dan Prancis menjadi lebih penting dari sebelumnya," ujar Macron.
"Saya berharap China akan bergabung dalam seruan kami, upaya kami untuk mencapai, sesegera mungkin, setidaknya gencatan senjata dalam bentuk moratorium serangan yang menargetkan infrastruktur penting," katanya.
Presiden China Xi Jinping (ANTARA/HO-Kementerian Luar Negeri China) (Antara)