Dompet Dhuafa Resmikan Industri Komunal Olahan Nanas di Subang

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 26 Nov 2025, 13:31
thumbnail-author
Dedi
Penulis & Editor
Bagikan
Jajaran Pengurus Dompet Dhuafa di Subang Jajaran Pengurus Dompet Dhuafa di Subang (NTVNews: Dedi)

Ntvnews.id, Subang - Dompet Dhuafa meresmikan Industri Komunal Olahan Nanas (IKON) di Desa Cirangkong, Kecamatan Cijambe, Subang, Jawa Barat, sebagai terobosan ekonomi berbasis zakat dan wakaf produktif untuk meningkatkan kesejahteraan petani lokal. 

Berdiri di atas lahan 2.000 meter persegi dengan bangunan seluas 1.000 meter persegi, pabrik berteknologi modern ini mampu mengolah hingga 10 ton nanas segar per hari menjadi 2,5—3 ton selai atau puree serta 1—2 ton konsentrat berkualitas.

IKON menjadi angin segar bagi petani Subang yang selama bertahun-tahun terjebak dalam lingkaran harga jatuh saat panen raya dan tekanan tengkulak. Minimnya fasilitas penyimpanan dan akses pasar kerap memaksa petani menjual murah agar buah tak membusuk. Kondisi ini menyebabkan banyak petani justru merugi meski memiliki hasil panen melimpah.

Dompet Dhuafa mulai membangun solusi sejak 2014 melalui pembebasan lahan wakaf produktif seluas 10 hektare di Cirangkong, yang awalnya digunakan untuk budidaya nanas dan peternakan domba. Melihat potensi besar nanas Subang, Dompet Dhuafa kemudian menggagas pengolahan buah menjadi produk bernilai tambah, hingga lahirlah IKON sebagai pabrik pengolahan buah pertama Dompet Dhuafa di sektor food processing.

Baca JugaTim DMC Dompet Dhuafa Gulirkan Ragam Bantuan Bagi Ribuan Penyintas Terdampak Bencana dari Semeru Hingga Banjarnegara

Dalam kesempatan peresmian, Ketua Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa Ahmad Juwaini menegaskan bahwa pasar produk olahan IKON terus berkembang, termasuk potensi ekspor. 

“Pasar utama kami saat ini masih pabrik-pabrik dalam negeri, tetapi kami sudah mulai menjajaki pasar luar negeri. Salah satunya sedang intens berkomunikasi dengan buyer di Italia,” ujarnya.

“Nanas tetap prioritas karena ini ikon Subang, tetapi mesin kami sanggup mengolah mangga, stroberi, atau komoditas lain bila diperlukan,” katanya.

Di dalam pabrik, proses produksi dijalankan secara profesional mulai dari pemilahan, pengupasan, pemerasan jus, hingga pengemasan. Nanas dipisahkan antara sari dan padatan, kemudian diolah menjadi ekstrak jus dan selai tanpa banyak limbah yang terbuang. Produk disimpan di gudang pendingin dan siap dikirim ke mitra industri yang akan melanjutkan distribusinya ke pasar konsumen.

Lebih dari sekadar pabrik pengolahan, IKON menerapkan konsep industri komunal. Sebesar 97 persen kepemilikan saham dipegang oleh masyarakat penerima manfaat (mustahik), sementara Dompet Dhuafa memegang 3 persen untuk perawatan mesin dan keberlanjutan program. Artinya, para petani bukan hanya pemasok bahan baku, tetapi juga pemilik dan penerima keuntungan.

Asisten Daerah Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Jawa Barat, H. Sumasna, menyebut IKON sebagai strategi yang tepat dalam membuka peluang kerja baru. 

“Model seperti ini memberi kesempatan bagi pekerja yang terdampak PHK untuk tetap terserap di industri lokal. Seleksi karyawannya realistis dan bisa dipelajari oleh masyarakat sekitar,” katanya. 

Baca Juga: Dompet Dhuafa Sabet Penghargaan Indonesia’s SDGs Action Awards

“Hampir 1.000 orang menjadi pemegang saham dan penerima manfaat. Ini menunjukkan industri komunal bisa benar-benar mengangkat ekonomi warga,” ujarnya.

Dompet Dhuafa juga membentuk koperasi lokal dan melibatkan warga sebagai tenaga kerja setelah melalui pelatihan keterampilan. Semangat kolaborasi dan transparansi menjadi fondasi utama, yang diharapkan mampu memutus rantai ketergantungan petani pada tengkulak dan menciptakan kemandirian ekonomi jangka panjang.

Dari sisi operasional pabrik, Direktur PT AAN Tendy Satrio menjelaskan bahwa desain IKON sejak awal ditujukan untuk industri B2B. 

“Produk kami masuk ke pabrik roti, minuman, hingga kebutuhan nasional dan ekspor. Dari 1 ton nanas segar, sekitar setengahnya dapat menjadi puree, selai, atau konsentrat,” ungkapnya. 

Ia juga menekankan bahwa seluruh pemilik manfaat akan merasakan dampak ekonominya. 

“Kami berharap pabrik ini terus untung sehingga masyarakat sebagai pemilik saham bisa menerima dividen,” tambahnya.

Pabrik ini juga dibangun dengan konsep zero waste. Kulit dan sisa nanas diolah menjadi kompos melalui sistem ember tumpuk, sementara limbah cair diubah menjadi pupuk organik sehingga tak ada limbah yang terbuang..

Dengan kapasitas teknologi yang juga mampu mengolah buah dan hortikultura lain seperti mangga, stroberi, ubi, singkong, dan cabai, IKON ditargetkan menjadi model nasional industri berbasis pemberdayaan yang menguatkan petani kecil di Indonesia. Dompet Dhuafa berharap kehadiran IKON dapat menjadi momentum kebangkitan ekonomi masyarakat Subang yang selama ini dikenal sebagai tanahnya nanas.

x|close