Ntvnews.id, Jakarta - Pemerintah memutuskan memberikan gelar pahlawan nasional terhadap Presiden ke-2 RI Soeharto dan Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Anggota DPR RI Danang Wicaksana Sulistya menilai, pemberian gelar pahlawan nasional sebagai bentuk penghormatan atas perjuangan dan dedikasi keduanya terhadap bangsa.
Menurut Danang, berbagai pihak tak seharusnya mengabaikan kontribusi signifikan dari kedua tokoh tersebut hanya karena perbedaan pandangan politik. Ia menekankan pentingnya objektivitas dalam menilai sejarah para pemimpin bangsa. Langkah ini diharapkan dapat menjadi upaya kolektif untuk menghargai warisan positif yang telah mereka tinggalkan.
Pemberian gelar pahlawan nasional kepada Soeharto dan Gus Dur, merupakan pengakuan resmi dari negara atas sumbangsih mereka dalam perjalanan sejarah Indonesia. Ini, kata dia bukan hanya sekadar gelar, melainkan simbol penghargaan tertinggi atas pengabdian yang tak ternilai. Hal tersebut mencerminkan keinginan untuk melihat sejarah secara komprehensif dan adil.
Soeharto (dok)
Ia mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersikap objektif dalam melihat rekam jejak kedua pemimpin tersebut. Kontribusi mereka, baik secara langsung maupun tidak langsung, telah membentuk wajah Indonesia modern.
"Kita perlu bersikap objektif dan adil dalam menilai sejarah. Semua pemimpin memiliki sisi positif yang layak diapresiasi," ujar Danang, Senin, 10 November 2025.
Pernyataan ini, kata dia menggarisbawahi pentingnya melihat sejarah dari berbagai perspektif. Penghargaan ini bukan tentang politik, melainkan tentang pengakuan terhadap pengabdian.
Menurut Danang, negara memiliki kewajiban untuk menghormati dedikasi para pemimpin yang telah berjuang. Pemberian gelar pahlawan nasional adalah bentuk konkret dari penghormatan tersebut. Ini juga menjadi pengingat bagi generasi penerus tentang pentingnya kontribusi bagi bangsa.
Soeharto, kata dia yang memimpin Indonesia selama lebih dari tiga dekade, dikenal atas keberhasilannya dalam pembangunan ekonomi dan infrastruktur. Era kepemimpinannya membawa stabilitas dan pertumbuhan yang signifikan di berbagai sektor. Kontribusinya dalam membangun fondasi ekonomi modern Indonesia tidak dapat dipungkiri.
Sementara Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, menurutnya diakui sebagai simbol kebebasan dan kemanusiaan. Ia mengajarkan pentingnya keberagaman dan toleransi dalam masyarakat majemuk Indonesia. Gagasan-gagasan tentang pluralisme dan hak asasi manusia masih relevan hingga saat ini.
Pengakuan terhadap jasa kedua tokoh ini, menurut Danang, tidak boleh hanya dilihat dari kacamata politik semata. Ada nilai-nilai luhur yang mereka wariskan kepada bangsa.
"Dalam filosofi leluhur, ada istilah mikul dhuwur mendhem jero (menjunjung tinggi martabat, kebaikan, dan kehormatan leluhur/pendahulu)," papar politikus Gerindra.
Diketahui, total 10 orang yang mendapatkan gelar pahlawan nasional dari pemerintah, pada tahun ini. Selain Soeharto dan Gus Dur, ada Marsinah dari Provinsi Jawa Timur, Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja dari Provinsi Jawa Barat, dan Hajjah Rahmah El Yunusiyyah dari Provinsi Sumatra Barat.
Kemudian, Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo dari Provinsi Jawa Tengah, Sultan Muhammad Salahuddin dari Provinsi Nusa Tenggara Barat, Syaikhona Muhammad Kholil dari Provinsi Jawa Timur, Tuan Rondahaim Saragih dari Provinsi Sumatera Utara dan Zainal Abidin Syah dari Provinsi Maluku Utara.
Pahlawan Nasional 2025 (NTVnews.id)