Topan Kalmaegi Terjang Filipina, Warga Mengungsi di Atap Rumah Dua Orang Tewas

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 5 Nov 2025, 04:15
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Ilustrasi topan. Ilustrasi topan. (The Standard)

Ntvnews.id, Manila - Warga terpaksa mengungsi ke atap rumah sementara mobil-mobil hanyut di jalanan yang tergenang banjir ketika Topan Kalmaegi menghantam Filipina tengah pada Selasa, 4 November 2025. Bencana tersebut menewaskan sedikitnya dua orang dan memaksa ratusan ribu penduduk meninggalkan rumah mereka.

Topan dahsyat itu tiba sesaat sebelum tengah malam dan membawa hujan deras serta angin kencang yang memporakporandakan wilayah padat penduduk.

Pada pukul 08.00 pagi, badai dilaporkan bergerak ke arah barat melintasi Pulau Cebu dan Negros, dengan kecepatan angin 150 km/jam dan hembusan mencapai 185 km/jam, yang menumbangkan pepohonan serta merobohkan kabel listrik.

“Warga yang terdampar di atap rumah meminta untuk diselamatkan,” kata petugas informasi Cebu, Rhon Ramos, kepada AFP melalui telepon, seraya menambahkan bahwa beberapa pusat evakuasi pun ikut terendam banjir.

Baca Juga: Ratusan Ribu Warga China Mengungsi Akibat Terjangan Topan Matmo di Guangdong

Salah satu warga Kota Cebu, Don del Rosario (28), menceritakan bagaimana ia dan keluarganya mengungsi ke lantai atas rumah saat air naik dengan cepat.

“Air naik begitu cepat. Dari informasi yang saya terima, banjir mulai sekitar pukul 3.00 pagi. Pukul 4.00 pagi, banjir sudah tak terkendali — orang-orang tidak bisa keluar (dari rumah mereka),” ujarnya.

“Saya sudah tinggal di sini selama 28 tahun, dan sejauh ini ini adalah yang terburuk yang pernah kami alami.”

Ramos menambahkan, ratusan orang yang sebelumnya masih tinggal di tenda-tenda darurat akibat gempa 6,9 skala Richter pada akhir September juga “dievakuasi paksa demi keselamatan mereka sendiri.”

Foto udara sejumlah bangunan yang terendam banjir di Liuke, Boao, Qionghai, Provinsi Hainan, China selatan, Rabu 30 Oktober 2024. Topan Trami, topan ke-20 di China pada 2024, telah memicu terjadinya hujan lebat yang mengakibatkan banjir di berbagai w <b>(Antara)</b> Foto udara sejumlah bangunan yang terendam banjir di Liuke, Boao, Qionghai, Provinsi Hainan, China selatan, Rabu 30 Oktober 2024. Topan Trami, topan ke-20 di China pada 2024, telah memicu terjadinya hujan lebat yang mengakibatkan banjir di berbagai w (Antara)

Sementara itu, Rafaeito Alejandro, wakil administrator di Kantor Pertahanan Sipil Filipina, mengatakan kepada radio lokal bahwa sekitar 387.000 orang telah dievakuasi dari jalur lintasan topan. Satu korban tewas dilaporkan di Provinsi Bohol akibat tertimpa pohon tumbang.

Pejabat bencana Danilo Atienza juga mengonfirmasi bahwa seorang lansia meninggal karena tenggelam di Provinsi Leyte selatan.

“Warga lansia itu terjebak di lantai atas dan tidak dapat memperoleh bantuan,”
kata Atienza kepada stasiun radio DZMM.

Filipina yang merupakan negara kepulauan memang kerap dilanda badai hebat. Setiap tahun rata-rata 20 badai dan topan melanda negeri tersebut, terutama di wilayah-wilayah miskin yang rawan bencana.

Baca Juga: Topan Bualoi Tewaskan Puluhan Korban Jiwa di Filipina dan Vietnam, Ribuan Orang Mengungsi

Menurut Charmagne Varilla, spesialis layanan cuaca pemerintah, Kalmaegi telah menjadi topan ke-20 tahun ini.

Ia memperkirakan masih akan ada “tiga hingga lima” badai lagi hingga akhir Desember.

Para ilmuwan memperingatkan bahwa badai di kawasan Pasifik semakin sering dan kuat akibat perubahan iklim yang disebabkan aktivitas manusia.

Baca Juga: Topan Bualoi Tewaskan Puluhan Korban Jiwa di Filipina dan Vietnam, Ribuan Orang Mengungsi

Di Provinsi Kepulauan Dinagat, tempat topan pertama kali mendarat, Miriam Vargas (34) bersama anak-anaknya hanya bisa berdoa dalam kegelapan pada Senin malam.

“Hujan deras dan angin mulai bertiup kencang. Kami duduk di tangga dan berdoa sambil mencoba mengukur kekuatan topan,”
kata ibu tunggal itu kepada AFP.

“Angin bertiup kencang dan terdengar suara benda jatuh. Listrik padam sekitar satu jam yang lalu, dan kami tidak bisa melihat apa pun.”

Di Pulau Leyte, pejabat bencana Roel Montesa menyebut proses evakuasi “sedang berlangsung di Palo dan Tanauan” — dua kota yang pernah dilanda Topan Super Haiyan pada 2013, yang menewaskan lebih dari 6.000 orang.

Filipina sendiri telah mengalami dua badai besar pada September, termasuk Topan Super Ragasa, yang merobohkan bangunan dan menumbangkan pepohonan, bahkan menewaskan 14 orang di Taiwan yang berdekatan.

Menurut Varilla, peningkatan jumlah siklon tahun ini berkaitan dengan fenomena La Niña, pola iklim alami yang mendinginkan suhu permukaan laut di bagian tengah dan timur Samudra Pasifik.

x|close