Ntvnews.id, Gyeongju — Para pemimpin negara anggota Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) sepakat bahwa perdagangan dan investasi perlu dikembangkan secara inklusif agar memberikan manfaat bagi semua pihak.
Kesepakatan tersebut tertuang dalam Deklarasi Gyeongju yang dihasilkan pada Sabtu, 1 November 2025, usai pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC selama dua hari yang mempertemukan 21 anggota ekonomi kawasan, yang mewakili lebih dari setengah perekonomian dunia.
“Kami menegaskan kembali pengakuan bersama bahwa perdagangan dan investasi yang kuat sangat penting bagi pertumbuhan dan kemakmuran kawasan Asia-Pasifik, dan kami tetap berkomitmen untuk memperdalam kerja sama ekonomi guna menghadapi dinamika lingkungan global yang terus berkembang,” demikian bunyi pernyataan dalam dokumen deklarasi tersebut.
Para pemimpin juga menyoroti pentingnya menciptakan ekosistem perdagangan dan investasi yang tangguh serta mampu memberikan manfaat merata bagi semua negara.
Anggota APEC terdiri dari 21 ekonomi dunia, termasuk Amerika Serikat, China, Jepang, Rusia, Kanada, Indonesia, serta sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik seperti Peru dan Chile.
Baca Juga: Prabowo Dorong APEC Wujudkan Pertumbuhan Inklusif: Tak Ada Negara yang Ekonominya Tertinggal
Namun, berbeda dengan deklarasi tahun-tahun sebelumnya, dokumen Gyeongju tidak lagi mencantumkan komitmen eksplisit untuk mempertahankan sistem perdagangan multilateral berbasis Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Penghapusan tersebut dinilai mencerminkan semakin lebarnya perbedaan pandangan mengenai perdagangan bebas di antara negara-negara ekonomi utama.
Salah satu isu utama dalam KTT APEC kali ini adalah sejauh mana para pemimpin dapat mencapai konsensus mengenai perdagangan bebas di tengah kebijakan “America First” yang kembali diusung pemerintahan Donald Trump, serta ketegangan dagang antara Washington dan Beijing.
Dalam deklarasi APEC periode 2021–2024, seluruh dokumen secara konsisten menegaskan dukungan terhadap sistem perdagangan multilateral berbasis aturan dengan WTO “sebagai intinya”. Rumusan tersebut pertama kali dicantumkan pada deklarasi 2021, usai berakhirnya masa jabatan pertama Trump.
Deklarasi APEC hanya dapat diadopsi melalui konsensus penuh dari seluruh anggota tanpa pengecualian, sehingga perbedaan sikap antarnegara kerap mempengaruhi isi akhir dokumen.
Baca Juga: Di APEC 2025, Prabowo Paparkan Manfaat AI untuk Atasi Kemiskinan dan Capai Swasembada Pangan
Selain isu perdagangan, Deklarasi Gyeongju juga menyoroti kemajuan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) serta perubahan demografis sebagai dua fokus utama yang diusung oleh Korea Selatan selaku tuan rumah KTT tahun ini.
Untuk pertama kalinya, APEC juga mengakui industri budaya dan kreatif sebagai motor baru pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik.
Deklarasi tersebut menunjukkan adanya pemahaman dan komitmen bersama antarnegara anggota untuk memperkuat kolaborasi dalam pengembangan AI dan penanganan tantangan demografis, sebagaimana disampaikan oleh Kantor Kepresidenan Korea Selatan.
Bersamaan dengan deklarasi utama, para pemimpin APEC juga mengadopsi dua dokumen tambahan yang membahas lebih spesifik mengenai inisiatif AI serta langkah-langkah strategis menghadapi perubahan struktur populasi di kawasan.
(Sumber: Antara)
Presiden Prabowo Subianto (barisan depan, lima kanan) berdiri tepat di samping Presiden Korea Selatan Lee Jae-myung (barisan depan, tengah) saat sesi foto bersama dengan pemimpin negara anggota APEC saat sesi penutupan KTT APEC 2025 di Gyeongju, Korea Selatan, Sabtu, 1 November 2025. ANTARA/HO-BPMI Sekretariat Presiden. (Antara)