Ntvnews.id, Gaza - Indonesia, Pakistan, dan Azerbaijan disebut-sebut menjadi tiga negara utama yang tengah dipertimbangkan untuk mengirim pasukan ke Jalur Gaza sebagai bagian dari rencana pembentukan pasukan stabilisasi internasional.
Dilansir dari Politico, Jumat, 17 Oktober 2025, informasi ini diungkap oleh seorang pejabat pertahanan Amerika Serikat dan mantan pejabat tinggi AS yang enggan disebutkan namanya karena proses negosiasi masih berlangsung dan bersifat sensitif.
Meskipun belum ada komitmen akhir dari ketiga negara tersebut, pejabat pertahanan AS mengatakan bahwa Indonesia, Pakistan, dan Azerbaijan menunjukkan minat paling besar terhadap inisiatif ini. Mereka akan berperan sebagai tulang punggung pasukan sementara yang bertugas melatih dan mengawasi kepolisian Palestina yang telah diseleksi, sesuai dengan rencana damai 20 butir yang diinisiasi Presiden AS Donald Trump.
Trump sendiri menegaskan bahwa tidak akan ada tentara Amerika Serikat yang dikerahkan langsung ke Gaza. Sebagai gantinya, Washington akan bekerja sama dengan negara-negara mitra regional seperti Mesir dan Yordania.
Baca Juga: Prancis dan Mesir Mau Gelar Konferensi Internasional untuk Rekonstruksi Gaza
Sementara itu, sekitar 200 tentara AS telah ditempatkan di Israel untuk memperkuat pusat koordinasi sipil-militer yang akan dibentuk di wilayah utara Gaza, bersama pasukan dari Mesir, Qatar, dan Uni Emirat Arab.
Mantan pejabat Pentagon di era pemerintahan Joe Biden, Dan Shapiro, menyebut bahwa jika kesepakatan mengenai pengiriman pasukan ini tercapai, maka proses pembentukan pasukan dapat memakan waktu dua hingga tiga bulan sejak keputusan final ditetapkan. Ia menambahkan bahwa mengidentifikasi negara peserta sejak awal akan menunjukkan keseriusan dan momentum dari inisiatif internasional tersebut.
Upaya pembentukan pasukan stabilisasi ini muncul setelah Hamas menyetujui kesepakatan damai pada 8 Oktober lalu. Kelompok itu telah membebaskan 20 sandera terakhir yang masih hidup, namun baru mengembalikan tujuh dari total 28 jenazah korban tewas saat ditahan. Israel menuduh Hamas melanggar kesepakatan karena menunda pengembalian jenazah lainnya.
Presiden Trump menegaskan bahwa tahap berikutnya setelah gencatan senjata adalah perlucutan senjata Hamas.
Baca Juga: Seskab Teddy: Kehadiran Prabowo di KTT Gaza Buktikan Indonesia Tak Sekadar Penonton
“Saya berbicara dengan Hamas dan saya berkata, ‘Kalian akan melucuti senjata, kan?’ ‘Ya, Pak, kami akan melucuti senjata.’ Begitu kata mereka. Mereka akan melucuti senjata atau kami yang akan melucuti mereka. Paham?” ujar Trump dalam sebuah acara di Gedung Putih.
Laporan Politico juga menyebut bahwa beberapa aspek teknis terkait transisi menuju tahap stabilisasi masih belum selesai. Hingga kini, belum ada pengumuman resmi mengenai tim teknis atau lembaga koordinasi dari Departemen Luar Negeri AS atau lembaga lainnya.
Selain itu, posisi geografis Indonesia dan Azerbaijan yang berada di luar komando CENTCOM menjadi tantangan tersendiri dalam koordinasi operasional.
Hingga saat ini, Gedung Putih maupun perwakilan diplomatik dari Indonesia, Pakistan, dan Azerbaijan belum memberikan komentar resmi. Namun keterlibatan ketiga negara tersebut dipandang sebagai sinyal penting terhadap munculnya dinamika baru dalam upaya internasional untuk mengamankan dan menstabilkan Gaza pasca-gencatan senjata.