Ntvnews.id, Jakarta - Nama Abdus Salam Mujib mencuat di berbagai pemberitaan setelah insiden ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, pada Senin, 29 September 2025.
Dalam peristiwa itu, proses evakuasi korban terus dilakukan hingga Senin, 6 Oktober 2025 malam, dengan 12 korban berhasil dievakuasi dari reruntuhan. Jumlah korban keseluruhan mencapai 170 orang, terdiri dari 104 orang selamat dan 66 orang meninggal dunia, termasuk tujuh korban yang ditemukan tidak utuh (body part).
Di balik tragedi tersebut, publik menaruh perhatian pada sosok R. Abdus Salam Mujib, pengasuh Ponpes Al Khoziny sekaligus tokoh penting dalam jaringan Nahdlatul Ulama (NU) di Jawa Timur.
Ia merupakan penerus estafet kepemimpinan pesantren yang telah berdiri sejak awal abad ke-20 dan memiliki akar sejarah panjang dalam dunia pendidikan Islam di Sidoarjo.
Baca Juga: Muzani Tekankan Pentingnya Standar Konstruksi Usai Tragedi Ponpes Al Khoziny
Abdus Salam Mujib adalah putra dari KH. Abdul Mujib, pengasuh generasi ketiga Pondok Pesantren Al Khoziny, dan Nyai Hj. Mudawwamah, seorang hafidhah (penghafal Al-Qur’an) asal Pasuruan. Peran keduanya besar dalam membina santri dan memperkuat tradisi keilmuan di lingkungan pesantren.
Leluhur Abdus Salam Mujib juga memiliki kontribusi besar dalam sejarah pesantren di Jawa Timur. Kakeknya, KH. Moh Abbas, dikenal sebagai sosok yang melanjutkan perjuangan KH. Raden Khozin Khoiruddin, pendiri Pondok Pesantren Al Khoziny yang didirikan sekitar tahun 1920-an di Sidoarjo.
Dari garis keluarga ibunya, KH. Abdul Mujib memiliki hubungan kekerabatan dekat dengan pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH. Wahab Hasbullah, karena ibunya, Nyai Khodijah, merupakan sepupu KH. Wahab.
Setelah KH. Abdul Mujib wafat pada 5 Oktober 2010 (26 Syawal 1431 H) di RS Graha Amerta Surabaya pada usia 77 tahun, tongkat kepemimpinan pesantren kemudian dipercayakan kepada putranya, Abdus Salam Mujib.4
Baca Juga: Basarnas: Total Korban Ambruknya Musala Ponpes Al Khoziny Capai 171 Orang
Di bawah kepemimpinannya, Pondok Pesantren Al Khoziny terus berupaya mempertahankan tradisi keilmuan dan pengabdian sosial sebagaimana diwariskan para pendahulunya.
Selain menjadi pengasuh pesantren, Abdus Salam Mujib juga mengemban peran penting dalam organisasi keagamaan dan sosial. Ia menjabat sebagai Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo, posisi tertinggi dalam struktur keagamaan NU di tingkat cabang.
Jabatan tersebut memiliki tanggung jawab besar dalam menentukan arah kebijakan keagamaan serta keputusan penting organisasi di wilayah Sidoarjo.
Tak hanya di ranah keagamaan, kiprahnya juga menjangkau ranah politik. Abdus Salam Mujib pernah dipercaya sebagai Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jawa Timur, posisi strategis yang menegaskan perannya sebagai figur berpengaruh di kalangan ulama dan masyarakat Nahdliyin di Jawa Timur.