Ntvnews.id, Sidoarjo - Memasuki hari ketujuh evakuasi dari Tim SAR gabungan pasca runtuhnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, jumlah korban jiwa terus bertambah.
Sampai Minggu, 5 Oktober 2025 pukul 21.00 WIB, total korban meninggal dunia mencapai 58 orang, termasuk 5 bagian tubuh yang ditemukan di antara reruntuhan. Dari keseluruhan 156 korban, sebanyak 104 orang berhasil diselamatkan, sementara proses pencarian masih terus dilakukan di beberapa titik.
Direktur Operasi Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo, menjelaskan bahwa operasi penyelamatan pada hari ketujuh dilakukan secara intensif di sejumlah area, mulai dari pintu masuk bangunan hingga sisi belakang pesantren yang porak poranda.
Baca Juga: Tim SAR Temukan Mobil Mercy Terkubur di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo
Petugas kembali menemukan bagian tubuh korban pada Minggu malam sekitar pukul 21.00 WIB. Semua jenazah dan potongan tubuh segera dibawa ke RS Bhayangkara Polda Jatim untuk proses identifikasi oleh Tim DVI.
“Hingga laporan terakhir, total terdapat 26, dengan 4 body part korban berhasil diekstrikasi dan dilanjutkan evakuasi pada hari ketujuh,” ujar Bramantyo, dalam keterangan resminya yang dilansir pada Senin, 6 Oktober 2025.
Menurut Bramantyo, tim di lapangan masih bekerja tanpa henti. Fokus utama evakuasi kini diarahkan pada pembersihan puing di sisi utara dan area yang tidak lagi terhubung dengan struktur utama bangunan yang ambruk.
Baca Juga: BNPB Ungkap Mayoritas Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny Ditemukan di Lantai Satu
Tragedi ini bermula pada Senin, 29 Oktober 2025 sore, ketika bangunan tiga lantai yang mencakup sebuah musala di kompleks Ponpes Al Khoziny tiba-tiba roboh. Saat kejadian, ratusan santri tengah melaksanakan salat Asar berjamaah di dalam musala tersebut.
Sejak hari pertama, tim penyelamat gabungan dari berbagai instansi dikerahkan ke lokasi. Alat berat baru mulai digunakan pada hari keempat proses evakuasi, setelah mendapatkan izin dan pertimbangan matang dari pihak keluarga korban.
Sementara puing-puing masih menutupi sebagian besar area pesantren, doa dan harapan terus mengalir dari berbagai pihak. Upaya pencarian dan identifikasi para korban yang belum ditemukan masih menjadi prioritas utama tim penyelamat di lapangan.