Menhut: Pemerintah Siapkan "Biobank" untuk Tingkatkan Populasi Badak Jawa

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 22 Sep 2025, 14:55
thumbnail-author
Irene Anggita
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Menhut Raja Juli Antoni dan Wamenhut Rohmat Marzuki (kedua kanan) ditemui usai peringatan Hari Badak Sedunia 2025 di Jakarta, Senin (22/9/2025) Menhut Raja Juli Antoni dan Wamenhut Rohmat Marzuki (kedua kanan) ditemui usai peringatan Hari Badak Sedunia 2025 di Jakarta, Senin (22/9/2025) (ANTARA)

Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni menyatakan bahwa pemerintah saat ini sedang mengupayakan penerapan asistensi teknologi guna memperbesar populasi satwa langka yang terancam punah, termasuk badak jawa (Rhinoceros sondaicus), melalui dukungan bank hayati (biobank).

Dalam peringatan Hari Badak Sedunia 2025 di Jakarta, Senin, Raja Juli menjelaskan bahwa jumlah badak jawa yang masih bertahan di alam diperkirakan hanya berkisar antara 87 hingga 100 ekor. Kondisi tersebut juga serupa dengan populasi badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis).

"Seperti teman-teman ketahui, kami sudah bekerja sama dengan IPB untuk membuat biobank. Termasuk mengintroduksi ART, Assisted Reproductive Technology, kira-kira sederhananya adalah bayi tabung badak," katanya.

Menurutnya, penerapan biobank sangat penting karena populasi badak di Indonesia menghadapi berbagai persoalan, mulai dari ancaman perburuan liar hingga hilangnya habitat akibat perubahan fungsi lahan.

Baca Juga: Kemenhut dan IPB Kembangkan Biobank dan Teknologi Reproduksi untuk Satwa Liar Langka

Khusus untuk badak jawa, kajian Kemenhut menunjukkan adanya keterbatasan daya dukung habitat, rendahnya variasi genetik, serta tingkat inbreeding atau perkawinan sedarah yang sudah mencapai 58,5 persen. Hasil Population Viability Analysis (PVA) bahkan memperkirakan spesies ini berpotensi punah dalam kurun waktu kurang dari 50 tahun bila tidak dilakukan intervensi serius.

Sebagai langkah nyata, pemerintah mempersiapkan translokasi badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Program ini akan memindahkan sepasang individu jantan dan betina menuju Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) yang masih berada di kawasan konservasi tersebut.

Kegiatan translokasi yang digelar bersama TNI serta Yayasan Badak Indonesia (YABI) tersebut resmi diluncurkan pada awal September 2025 melalui Operasi Merah Putih.

Baca Juga: Kemenhut Amankan Pelaku Utama Perburuan Liar di Taman Nasional Gunung Merbabu

"Jadi kalau tidak dimungkinkan ada perkawinan di habitatnya, kalau ada ancaman untuk inbreeding karena memang sudah terbatas, maka kita bisa silangkan perkawinan yang disilangkan sehingga anaknya akan lebih baik dan jauh dari penyakit," tutur Raja Juli Antoni.

Sumber: ANTARA

x|close