Ntvnews.id, Ankara - Pemerintah Turki resmi menutup wilayah udara dan pelabuhannya bagi pesawat maupun kapal berbendera Israel. Kebijakan ini diambil sebagai bentuk protes atas berlanjutnya perang di Jalur Gaza, yang telah menewaskan banyak warga sipil Palestina akibat serangan Tel Aviv.
Dilansir dari AFP, Senin, 1 September 2025, hubungan diplomatik Ankara–Tel Aviv kian memburuk sejak konflik Gaza memanas. Bahkan sejak Mei tahun lalu, Turki sudah menghentikan perdagangan langsung dengan Israel. Selain itu, Ankara juga terus mendesak tercapainya gencatan senjata permanen serta membuka akses bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Turki menuding Israel melakukan "genosida" di wilayah Palestina, tuduhan yang sepenuhnya dibantah Tel Aviv. Presiden Recep Tayyip Erdogan bahkan sempat menyamakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan Adolf Hitler.
Baca Juga: Turki Serukan Negara Muslim Kompak soal Rencana Israel Caplok Gaza
"Kami telah sepenuhnya memutus perdagangan dengan Israel, kami telah menutup pelabuhan kami untuk kapal-kapal Israel dan kami tidak mengizinkan kapal-kapal Turki memasuki pelabuhan Israel," ujar Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan dalam sidang luar biasa parlemen terkait agresi Israel di Gaza.
"Kami tidak mengizinkan kapal-kapal kontainer yang membawa senjata dan amunisi ke Israel untuk memasuki pelabuhan kami, kami juga tidak mengizinkan pesawat-pesawat mereka memasuki wilayah udara kami," tegasnya dalam pidato yang disiarkan televisi nasional.
Baca Juga: Parade LGBT Dibubarkan Polisi Turki dan Puluhan Orang Ditangkap
Seorang sumber diplomatik Turki kemudian memberikan penjelasan tambahan bahwa penutupan ruang udara hanya berlaku bagi pesawat pembawa senjata ke Israel maupun penerbangan resmi Israel. "Ini tidak berlaku untuk penerbangan transit komersial," katanya kepada Reuters. Namun, belum ada kepastian kapan pembatasan tersebut mulai berlaku.
Fidan juga menyampaikan bahwa Turki sudah mendapat persetujuan presiden untuk mengirim bantuan udara ke Gaza. "Pesawat-pesawat kita sudah siap, begitu Yordania memberikan persetujuan, kita siap berangkat," ujarnya di hadapan anggota parlemen.
Hingga kini, pemerintah Israel belum memberikan komentar resmi terkait kebijakan terbaru Turki tersebut.