Ntvnews.id, Gaza - Kelompok pejuang Palestina, Hamas, akhirnya mengonfirmasi bahwa kepala militer mereka di Gaza, Mohammad Sinwar, telah meninggal dunia. Kepastian ini muncul beberapa bulan setelah Israel mengklaim telah menewaskannya dalam serangan udara pada Mei lalu.
Dilansir dari dari India Today, Senin, 1 September 2025, Hamas merilis sejumlah foto Sinwar bersama pejabat senior lain dengan label “syuhada,” meski tanpa memberikan detail lebih lanjut mengenai waktu maupun kondisi kematiannya.
Mohammad Sinwar adalah adik dari mantan pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, yang turut merancang serangan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 dan meninggal dalam pertempuran setahun kemudian. Seusai wafatnya sang kakak, Mohammad menempati posisi strategis dalam struktur kepemimpinan Hamas.
Dengan kabar kematiannya kini terkonfirmasi, posisi komando militer Hamas di Gaza diperkirakan akan beralih ke Izz al-Din Haddad, pemimpin operasi di wilayah Gaza utara.
Baca Juga: Israel Respons Hamas Soal Negosiasi Gencatan Senjata
Pada Mei lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sudah sempat menyatakan Sinwar tewas dalam serangan udara. Berpidato di depan parlemen, Netanyahu menegaskan: “Kami telah mengeliminasi Mohammad Sinwar.” Ia menambahkan, “Kami telah menyingkirkan puluhan ribu teroris: Mohammad Deif, Hassan Nasrallah, Yahya Sinwar. Dalam dua hari terakhir kami menjalankan rencana dramatis menuju kekalahan total Hamas.”
Netanyahu juga mengklaim Israel telah menguasai distribusi pangan dan sistem keuangan Hamas. “Itulah yang menghancurkan kemampuan mereka untuk memerintah. Itu janji kami,” ujar dia.
Profil Mohammad Sinwar
Mohammad Sinwar, lama menjadi bagian dari sayap militer Hamas, dikenal sebagai salah satu komandan paling berpengaruh. Namanya semakin menonjol usai kematian Yahya Sinwar pada Oktober 2024, dengan peran penting di Gaza selatan hingga akhirnya naik dalam hierarki organisasi.
Baca Juga: Hamas Beberkan 80 Persen Wilayah Gaza Tak Dikendalikannya
Ia kerap disebut sebagai figur sentral di kepemimpinan Hamas sekaligus menjadi hambatan utama dalam negosiasi gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Pejabat Israel menjulukinya sebagai “bayangan” karena aktivitasnya yang tertutup. Ia juga dikenal atas keterlibatannya dalam penculikan tentara Israel, Gilad Shalit, pada 2006, yang kemudian memicu kesepakatan pertukaran tahanan pada 2011.
Sementara itu, Yahya Sinwar otak di balik serangan lintas batas 7 Oktober 2023 meninggal pada 2024. Kematian Yahya dianggap sebagai momen penting dalam operasi militer Israel yang bertujuan membongkar Hamas hingga ke akar-akarnya.