Ntvnews.id, Gaza - Di tengah krisis kelaparan, warga Gaza juga harus berjuang keras untuk mendapatkan air minum maupun mencuci. Dalam kondisi berdebu dan berkeringat, mereka menapaki puing-puing demi mengisi botol, ember, bahkan kantong plastik bekas, lalu membawanya kembali ke tenda mereka.
Musim panas dengan suhu yang terus meningkat memperburuk situasi. Para ahli memperingatkan bahwa jumlah air yang mencapai wilayah itu jauh di bawah kebutuhan minimum untuk bertahan hidup. Kalaupun tersedia, air tersebut kerap keruh dan tidak layak minum.
Dilansir dari Anadoulu, Jumat, 15 Agustus 2025, kerusakan parah pada infrastruktur, minimnya bahan bakar atau listrik untuk mengoperasikan instalasi dan pompa desalinasi, pembatasan pergerakan, serta ketiadaan pasokan air kemasan membuat akses terhadap air bersih menjadi sangat sulit.
Baca Juga: BAZNAS RI Bersama Le Minerale Salurkan 224.000 Liter Air Bersih untuk Warga Gaza
Sejak Maret, pasokan bahan bakar nyaris tidak masuk setelah Israel memperketat arus bantuan sebagai tekanan kepada Hamas agar membebaskan para sandera yang ditahan sejak serangan kelompok itu ke Israel pada Oktober 2023.
Israel menuding Hamas sebagai penyebab penderitaan penduduk Gaza. Namun, di tengah kecaman internasional yang terus menguat, pekan lalu Israel mengumumkan sejumlah langkah untuk memperluas akses bantuan kemanusiaan, seperti menghentikan pertempuran sementara di beberapa area pada jam-jam tertentu, mengizinkan pengiriman bantuan melalui udara, dan menetapkan jalur aman untuk konvoi bantuan.
Meski begitu, badan-badan PBB menegaskan bahwa bantuan udara saja tidak memadai, dan mendesak Israel membuka lebih banyak jalur darat demi mencegah bencana kelaparan massal di wilayah berpenduduk 2,2 juta jiwa tersebut.