Ntvnews.id, Jakarta - Letnan Dua (Purn) Darius Bayani, putera asli Papua, menjadi salah satu tokoh penting dalam sejarah Operasi Mapenduma di Papua pada tahun 1996. Operasi militer yang dilakukan oleh Komando Pasukan Khusus (Kopassus) ini bertujuan membebaskan para peneliti dari Ekspedisi Lorentz 95 yang disandera Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Pada 8 Januari 1996, sebanyak 26 anggota Ekspedisi Lorentz 95 disandera OPM di Mapenduma. Operasi pembebasan dimulai pada tanggal tersebut dan berlangsung hingga 9 Mei 1996, berakhir dengan penyerbuan markas OPM yang dipimpin Kelly Kwalik di Geselema, Alama, Mimika.
Bayani dikenal sebagai prajurit lapangan yang tangguh, memiliki kemampuan teknik tempur yang mumpuni, kekuatan fisik luar biasa, dan kemampuan bergerak diam-diam di medan hutan. Dalam salah satu aksinya, ia pernah menyusup sendirian tanpa senjata ke kamp gerilya musuh, melewati penjagaan, dan berhasil menaklukkan lawan. Keberanian dan kecerdikannya membuatnya dijuluki “Rambo” oleh rekan-rekannya.
Baca Juga: Prabowo Tegaskan Indonesia Harus Punya Pertahanan Sangat Kuat di Tengah Dunia yang Tak Pasti
Atas dedikasi dan pengorbanannya, Letda (Purn) Bayani dianugerahi tanda kehormatan Bintang Sakti oleh Presiden Prabowo Subianto.
Penghargaan tersebut, sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, diberikan kepada anggota TNI yang menunjukkan keberanian, ketabahan, dan kepahlawanan yang melampaui panggilan tugas dalam operasi militer, tanpa mengorbankan tugas pokoknya.
Penyematan tanda kehormatan dilakukan dalam apel akbar Gelar Pasukan Operasional dan Kehormatan Militer di Batujajar, Bandung.
Selain Bayani, Presiden juga memberikan pangkat kehormatan militer naik satu tingkat menjelang purna tugas kepada sejumlah perwira tinggi TNI. Di antaranya Letjen (Purn) Yunus Yosfiah, Letjen (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin, Letjen (Purn) Herindra, Letjen (Purn) Agus Sutomo, dan Letjen (KKO) Ali Sadikin yang menerima pangkat Jenderal Kehormatan bintang empat.
Kisah Letda Bayani menjadi pengingat bahwa keberanian, kecerdikan, dan dedikasi seorang prajurit tak hanya diukur dari jumlah pertempuran yang dilalui, tetapi juga dari tekad yang melampaui panggilan tugas demi bangsa dan negara.