Ntvnews.id, Taheran - Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei, menyatakan bahwa Israel menargetkan Rumah Sakit Farabi di Kermanshah pada Senin, 165 Juni 2025.. Dalam pernyataannya, dia menyebut serangan tersebut merupakan sebuah kejahatan perang.
“Menyerang rumah sakit dan kawasan permukiman, yang dilaporkan merupakan perintah dari Menteri Pertahanan Israel, adalah pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan merupakan kejahatan perang," ujar Esmaeil Baqaei, seperti dikutip dari Aljazeera, Selasa, 17 Juni 2025.
“Sejarah nantinya akan mencatat; aib selamanya akan melekat pada para pendukung dan pembela rezim tersebut," tambahnya.
Baca Juga: Israel Bom Stasiun TV di Teheran, Klaim Kuasai Langit Iran
Media Iran melaporkan bahwa serangan Israel yang mengenai rumah sakit tersebut merusak beberapa bagian dari gedung. Dalam foto-foto yang diterbitkan, tampak lantai bersimbah darah, pecahan kaca, dan puing-puing berserakan di sekitar tempat kejadian.
Serangan Israel ke pusat Teheran terjadi sejak Jumat, 13 Juni 2025. Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, kemudian memberikan peringatan akan melancarkan serangan balasan, menyusul gempuran terhadap sejumlah instalasi nuklir dan militer Iran.
Iran kemudian melancarkan serangan drone dan rudal pada Jumat, 13 Juni 2025 malam dan Sabtu, 14 Juni 2025 dini hari, yang diarahkan ke wilayah Israel.
Baca Juga: Mehdi Taremi Absen Bela Inter Milan Usai Terjebak Peperangan Iran-Israel
Sementara pada Sabtu, 14 Juni 2025 dini hari, Angkatan Udara Israel melancarkan serangkaian serangan yang menyasar pertahanan udara Iran, termasuk tempat peluncuran rudal, demi melumpuhkan kemampuan militer Iran.
Selain itu, pada Senin, 16 Januari 2025, Iran menyampaikan kepada mediator dari Qatar dan Oman bahwa Iran menutup pintu perundingan gencatan senjata apabila masih terus diserang Israel.
“Iran menyampaikan kepada mediator Qatar dan Oman bahwa perundingan yang serius baru dapat terjadi apabila Iran menyelesaikan respons atas serangan awal Israel," ujar seorang pejabat yang meminta identitasnya dirahasiakan demi menjaga sensitivitas masalah.