Ahli Gizi Beri Rekomendasi Pengaturan Waktu Sarapan dan Olahraga Pagi

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 25 Sep 2025, 12:06
thumbnail-author
Irene Anggita
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Ilustrasi - Warga berolahraga pagi di ruang terbuka hijau. Ilustrasi - Warga berolahraga pagi di ruang terbuka hijau. (ANTARA)

Ntvnews.id, Jakarta -  Ahli gizi dari RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Yudhi Adrianto, S.Gz., SE, MKM, AIFO, memberikan saran terkait pengaturan waktu sarapan dan olahraga pagi. Menurutnya, penentuan waktu makan dan latihan fisik sebaiknya disesuaikan dengan tujuan olahraga yang ingin dicapai.

"Makan itu dilakukan sebelum atau sesudah olahraga, terutama nih kalau pagi, tergantung tujuannya. Kalau kita lihat lagi, tujuan olahraga macam-macam," kata Yudhi ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta pada Kamis.

Ia menjelaskan, tujuan olahraga bisa berbeda-beda, apakah ingin membakar lemak, meningkatkan performa, atau membentuk massa otot. Untuk mereka yang ingin meningkatkan performa, misalnya dengan latihan beban atau menambah massa otot, disarankan agar sarapan ringan terlebih dahulu sebelum memulai aktivitas fisik.

"Sarapannya tentu saja yang harus mengandung karbohidrat dan protein. Kita harus me-loading karbohidrat untuk mendukung performa dan mengurangi kerusakan otot," katanya.

Baca Juga: Ahli Gizi Beberkan Pola Makan yang Baik saat di Bulan Puasa

Namun, bila olahraga pagi ditujukan untuk membakar lemak, maka latihan bisa dilakukan sebelum sarapan untuk membantu meningkatkan oksidasi lemak.

Yudhi menambahkan, pada individu yang mengalami obesitas atau diabetes tipe 2, berolahraga pagi sebelum sarapan juga dapat memberi manfaat, seperti memperbaiki profil lemak serta meningkatkan sensitivitas insulin.

"Terutama bagi pasien yang mengalami obesitas atau diabetes tipe 2, olahraga sebelum sarapan ini dilaporkan memberikan manfaat metabolik. Tetapi harus diperhatikan kondisi individual, terutama tanda dan gejala dari hipoglikemia," ia menjelaskan.

Lebih lanjut, Yudhi mengingatkan bahwa olahraga dengan perut kosong memang bisa meningkatkan oksidasi lemak, tetapi tetap harus mempertimbangkan kondisi kesehatan dan intensitas latihan. Menurutnya, ada risiko yang mungkin muncul seperti penurunan performa, rasa lelah berlebih, hingga peningkatan pemecahan protein otot yang justru bisa mengurangi massa otot.

Baca Juga: Pemerintah Ungkap Sudah Layani Makan Bergizi Gratis untuk SLB: Menu Diperhatikan Ahli Gizi

"Bagi sebagian individu kondisinya juga dapat mengakibatkan hipoglikemia ringan, pusing, atau penurunan konsentrasi, terutama pada olahraga yang intensitas tinggi," katanya.

Selain itu, Yudhi menekankan pentingnya pola makan sehat untuk mendukung rutinitas olahraga. "Dan tentu saja sebaiknya diikuti key word-nya, diikuti pola makan seimbang agar tidak terdampak negatif dalam jangka panjang akibat dari kondisi metabolik," katanya.

Sumber: ANTARA

x|close