Ntvnews.id, Jakarta - Presiden Komisaris NT Corp Nurdin Tampubolon mengingatkan pemerintah agar segera membatasi eksploitasi besar-besaran terhadap nikel.
Menurutnya, pembatasan ini penting untuk menjamin keberlanjutan sumber daya alam serta mendorong terbentuknya industri hilir dan membangun ekonomi secara mandiri.
Nurdin mengatakan angka eksploitasi nikel yang mencapai 215 juta ton ore pada tahun 2024.
Sementara kebutuhan untuk produksi kendaraan listrik dalam negeri hanya sekitar 5 juta ton per tahun.
"Eksploitasi daripada nikel kita tahun 2024 adalah 215 juta ton ore, Kebutuhan kita untuk memproduksi kendaraan per tahun 1,2 juta unit mobil itu hanya dibutuhkan sekitar 5 juta ton," ujarnya dalam Program NTV Prime Nusantara TV edisi 'Prabowo Lobi Trump, Tarif Impor AS Turun', Rabu, 16 Juli 2025.
"Eksploitasi nikel kita 1 tahun bisa membiayai atau bisa menutupi 40 tahun mobil kita," sambungnya.
Baca juga: Cerita Wapres Gibran Banyak yang Ketawa Saat Ia Bicara Hilirisasi Kemenyan: Sama Berharganya dengan Nikel
Nurdin menilai kondisi ini sangat merugikan masa depan industri nasional.
Pasalnya, jika eksploitasi ini dibiarkan Indonesia bisa kehabisan cadangan sebelum sempat membangun industri hilir secara utuh.
“Nah ini perlu saya sampaikan kepada pemerintah stakeholder dibatasilah eksploitasi daripada nikel kita ataupun tambang lainnya untuk bisa kita membangun ekonomi kita secara mandiri," ungkapnya.
Untuk itu, ia menyatakan dukungannya terhadap program hilirisasi yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
Baca juga: Nurdin Tampubolon: Hilirisasi Jadi Senjata Utama Indonesia Hadapi Persaingan Global
Nurdin menekankan pentingnya strategi jangka panjang dan pembangunan ekosistem industri yang mandiri dan berkelanjutan.
"Kita harus membangun teknologi sendiri karena sumber daya ada, membatasi daripada sumber daya kita jangan mengekspor lagi barang setengah jadi, harus diperketat dan ini harus serius menangani itu," paparnya.
Meski membangun industri kita dengan biaya yang sedikit besar, tetapi manfaatnya ke depan juga besar.
"Kita punya industri otomotif sendiri bukan industri yang relokasi dari luar ke Indonesia tapi teknologi anak bangsa," tandasnya.