Ntvnews.id, Jakarta - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede merespons terkait keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menetapkan tarif impor sebesar 19 persen.
Seperti diketahui, besaran tarif impor yang di umumkan Presiden Trump jauh berkurang dibandingkan dengan 32 persen yang diumumkan Trump pada 7 Juli lalu.
Menurut Josua kebijakan tersebut patut disambut positif sebagai buah hasil negosiasi yang konstuktif antara kedua negara.
"Penurunan ini merupakan sinyal baik yang secara langsung dapat mengurangi ketidakpastian pasar keuangan dalam jangka pendek, sehingga mampu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan memperbaiki sentimen investor terhadap Indonesia," ucap Josua saat dihubungi Ntvnews.id, Rabu 16 Juli 2025.
Baca juga: Tarif Trump untuk RI 19 Persen, DPR: Hasil Diplomasi yang Elegan!
Lebih lanjut, kebijakan ini juga merefleksikan kepercayaan AS terhadap posisi strategis Indonesia di kawasan Asia Tenggara.
Terlebih tarif 19 persen ini lebih rendah dibandingkan dengan yang dikenakan kepada negara tetangga seperti Vietnam dan Filipina 20 persen, sehingga meningkatkan daya saing relatif produk ekspor Indonesia di pasar AS.
Meskipun tarif turun menjadi 19 persen, ia menilai angka tersebut tetap lebih tinggi dibandingkan masa sebelum dimulainya perang dagang terbaru.
Tantangan struktural masih tetap ada, terutama bagi sektor-sektor ekspor yang sensitif terhadap peningkatan biaya seperti manufaktur tekstil, alas kaki, elektronik, komponen otomotif, serta produk-produk pertanian dan perkebunan Indonesia.
"Dalam jangka pendek hingga menengah, tarif ini tetap berpotensi memberikan tekanan pada performa ekspor, yang pada akhirnya dapat mempersempit surplus perdagangan Indonesia dengan AS," ungkap Josua.
Baca juga: Prabowo Posting Lagi Telepon Trump Bahas Tarif: Kami Sepakat
Kendati demikian, ada keuntungan nyata bagi Indonesia sebenarnya terletak pada kesepakatan tarif impor produk AS ke Indonesia sebesar 0 persen.
"Walaupun ini dapat menurunkan penerimaan negara dari pajak impor dalam jangka pendek, kebijakan ini dapat membawa manfaat strategis dalam jangka menengah hingga panjang jika Indonesia mampu memanfaatkannya dengan bijak," ujarnya.
Menurutnya dengan terbukanya akses barang-barang modal, produk teknologi tinggi, serta peralatan investasi dari AS tanpa tarif.
Hal ini membuat industri nasional memiliki peluang besar untuk meningkatkan kapasitas produksi, efisiensi operasional, serta daya saing globalnya melalui modernisasi teknologi dan inovasi.
Kondisi ini diharapkan menjadi katalis bagi transformasi ekonomi Indonesia dari berbasis komoditas menuju sektor-sektor dengan nilai tambah lebih tinggi.
Baca juga: Istana: Tarif Trump 19 Persen untuk Indonesia Terendah di Asia
Dalam konteks hubungan internasional, kesepakatan ini menegaskan kembali posisi Indonesia sebagai negara yang menganut politik luar negeri yang pragmatis, netral, dan terbuka terhadap semua mitra global.
Hal ini penting untuk mempertahankan keseimbangan diplomasi ekonomi Indonesia di tengah meningkatnya tensi geopolitik global.
Sebelumnya, Presiden Trump mengumumkan penurunan tarif impor untuk Indonesia yang semula 32 persen menjadi 19 persen.
Adapun besaran tarif tersebut sebagai kesepakatan dagang yang tela tercapai antara pemerintah Amerika Serikat dan Indonesia.
"Mereka (Indonesia) akan membayar 19 persen dan kami tidak akan membayar apa pun. Kami akan memiliki akses penuh ke Indonesia, dan kami memiliki beberapa kesepakatan yang akan diumumkan,” ucap Trump dikutip dari Reuters, Rabu 16 Juli 2025.
Kesepakatan ini tak lepas dari dialog intensif Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden Trump.
Perbincangan terakhir Prabowo dan Trump berlangsung Selasa malam, 15 Juli 2025 lewat sambungan telepon. Hasilnya, Prabowo sukses melobi Trump menurunkan tarif impor Indonesia.