Ntvnews.id, Jakarta - Dalam perjalanan menuju Indonesia Emas 2045, pemerintah terus menajamkan strategi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Salah satu pendekatan paling menarik datang dari Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangka) di bawah pimpinan Wihaji.
Wihaji rupanya telah menyiapkan sebuah super app berbasis kecerdasan buatan (AI) sebagai pusat layanan keluarga Indonesia. Langkah ini lahir dari cara pandang baru, yaitu pembangunan manusia tidak bisa dipisahkan dari pembangunan keluarga.
“Unit negara yang paling rendah, yang paling kecil adalah keluarga,” ujar Wihaji saat menjadi narasumber dalam program Asta Cita 08 di Nusantara TV.
Ia meyakini, bila keluarga kuat, negara pun akan mengikuti, sebuah filosofi yang membingkai seluruh prioritas kementeriannya. Wihaji menegaskan bahwa kementeriannya kini bergerak dengan mandat ganda, mengendalikan dinamika kependudukan sekaligus memperkuat fondasi pembangunan keluarga.
“Dimulai dari mana? Saya akan kembali ke hulu. Kenapa ke hulu sering saya sebut? Karena ini dasarnya. Misalnya ya, kalau stunting, ya bisa diapa-apain, cuma 20%,” jelas Wihaji.
Baca Juga: Agnes Jennifer Diduga Sindir Michelle Halim Usai Tampil di TV
Hulu yang dimaksud adalah siklus awal kehidupan, dimulai dari calon pengantin. Pernikahan dini, misalnya, masih menjadi penyebab besar rentannya kualitas kesehatan ibu dan anak. Kementerian merekomendasikan usia minimal 21 tahun sebelum menikah.
Hal tersebut dilakukan agar calon pasangan benar-benar matang secara fisik, mental, dan ekonomi. Dari tahap ini, setiap keluarga baru diharapkan cukup siap untuk melahirkan generasi yang sehat. Apalagi, masalah stunting di Indonesia cukup menjadi masalah krusial.
“Hari ini prevalensi stunting kita 19,8. Artinya kalau ada 10 balita, ada 2-nya stunting. Ini yang mau kita selamatkan. Sehingga ini yang kita urus. Kalau ini sudah kita urus, selanjutnya nanti ada program-program lain,” jelasnya.
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr. Wihaji, S.Ag, M.Pd. (Dok.Ntvnews.id)
Ia menyebut stunting sebagai titik genting yang menentukan masa depan bangsa karena hanya sekitar 20 persen kasus yang dapat dipulihkan, sementara sisanya berpotensi mengalami hambatan kecerdasan jangka panjang.
Untuk itu, kementerian menyiapkan ekosistem program yang saling terhubung, mulai dari GENTING untuk penanganan stunting, TAMASA untuk fasilitas pengasuhan anak, hingga Gerakan Ayah Teladan Indonesia untuk menjawab fenomena fatherless yang angkanya mencapai 20,9 persen.
Baca Juga: UT dan Disnaker Bogor Kolaborasi di Campus Hiring
Namun menurut Wihaji, semua program itu membutuhkan integrasi yang rapi, cepat, dan mampu menjangkau keluarga di manapun mereka berada. Di sinilah super app berbasis AI menjadi pusat dari strategi baru.
Wihaji mengatakan teknologi AI kini memungkinkan masyarakat mendapatkan layanan secara lebih efisien, akurat, dan mudah diakses.
“Hari ini semuanya bisa diselesaikan dengan AI. Apa saja yang kita butuh, AI bisa menjawab,” ungkapnya.
Ia membayangkan satu aplikasi nasional yang dapat memberikan konsultasi pernikahan, pemantauan risiko stunting, rekomendasi pola asuh, edukasi remaja, hingga pendampingan lansia, semua dari satu platform.
Aplikasi tersebut juga akan mengintegrasikan data kependudukan untuk memastikan program pemerintah tepat sasaran, termasuk terkait percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem yang turut dipengaruhi oleh masalah gizi, sanitasi, dan kesehatan keluarga.
Baca Juga: KPK Berharap RUU KUHAP Tidak Mengubah Kewenangan Lembaga Antikorupsi
Walau tampak futuristik, misi kementerian tetap sangat manusiawi. Program Lansia Berdaya, misalnya, muncul dari keprihatinan sederhana, yaitu kesepian. Melalui pendekatan yang lebih ramah, mereka ingin memastikan lansia tetap aktif, percaya diri, dan merasa menjadi bagian penting dari masyarakat.
Seperti proses mengolah emas, kata Wihaji, peningkatan kualitas keluarga tidak akan terlihat instan, tetapi hasilnya akan sangat berharga bagi masa depan bangsa.
“Mencari emas gampang? Nggak. Susah diaduk, diayak, dibakar. Hari ini kita lagi ngodok supaya nanti emas itu betul-betul ada dengan proses yang dilalui step by step,” ungkapnya.
Dengan super app AI sebagai tulang punggung sistem pelayanan keluarga, kementerian berharap bisa memastikan setiap warga, dari calon pengantin hingga lansia, mendapat dukungan yang tepat dan setara.
Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangka) Wihaji (YouTube)