Ntvnews.id, Mataram – Pemerintah pusat menetapkan Sultan Bima XIV, Muhammad Salahuddin, sebagai salah satu penerima gelar Pahlawan Nasional tahun 2025.
Kepala Museum Samparaja, Dewi Ratna Muchlisa, yang juga cucu Sultan Muhammad Salahuddin, mengungkapkan bahwa dirinya telah dihubungi pihak Sekretariat Militer Presiden (Sesmilpres) mengenai keputusan tersebut.
"Saya mendapat telepon dari Sesmilpres yang menyampaikan pesan dari (Menteri Kebudayaan) Fadli Zon bahwa Sultan Muhammad Salahuddin lolos menjadi Pahlawan Nasional," ujarnya di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat, 7 November 2025.
Dewi menjelaskan bahwa penganugerahan gelar pahlawan nasional akan dilaksanakan di Istana Negara, Jakarta, pada 10 November 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan.
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Bima, Tajuddin, juga membenarkan bahwa usulan pemberian gelar pahlawan nasional bagi Sultan Muhammad Salahuddin telah diajukan kembali tahun ini dan mendapatkan hasil positif di tingkat pusat.
Baca Juga: Ramai Golkar Dukung Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Bahlil: Gus Dur dan Habibie Juga Layak
"Kami juga telah mendapat informasi bahwa usulan tersebut telah mendapat persetujuan di tingkat pusat," kata Tajuddin.
Meskipun sudah dinyatakan lolos penobatan sebagai pahlawan nasional, Dinas Sosial Bima masih menunggu pengumuman resmi dari Kementerian Sosial (Kemensos).
Usulan penetapan Sultan Muhammad Salahuddin sebagai pahlawan nasional telah melewati proses panjang berupa kajian dan verifikasi dari berbagai pihak. Sultan Bima XIV yang memerintah sekitar tahun 1915 hingga 1951 itu dikenal memiliki peran penting dalam mempertahankan kedaulatan bangsa dan memajukan pendidikan masyarakat Bima pada masa penjajahan.
Baca Juga: Tanggapan Jokowi soal Soeharto-Gus Dur Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional
Sejumlah catatan sejarah menyebutkan bahwa Sultan Muhammad Salahuddin merupakan tokoh berpengaruh dalam sejarah Kesultanan Bima di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Selain Sultan Muhammad Salahuddin, usulan gelar pahlawan nasional tahun ini juga mencakup beberapa tokoh lain, seperti Presiden ke-2 RI Soeharto, Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), serta aktivis buruh perempuan asal Nganjuk, Marsinah.
(Sumber: Antara)
Sultan Bima XIV Muhammad Salahuddin. ANTARA/HO-Museum Samparaja. (Antara)