Ntvnews.id, Tapanuli Utara - Pimpinan tertinggi Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) kembali menegaskan seruan untuk menutup operasional PT Toba Pulp Lestari (TPL), yang dinilai telah merusak lingkungan dan menimbulkan konflik sosial di Tanah Batak.
Penegasan ini disampaikan Ephorus HKBP, Pdt. Dr. Victor Tinambunan, MST, seusai membuka Rapat Pendeta Hatopan HKBP Tahun 2025 di Auditorium Seminarium Sipoholon, Tapanuli Utara, pada Selasa (28/10/2025).
"Alasannya cukup kuat, karena kehadiran TPL selama lebih dari 30 tahun telah merusak alam dan menimbulkan gesekan sosial di masyarakat. Satu marga, bahkan satu kampung bisa berkonflik," ujar Ephorus Victor.
Rapat pendeta yang dihadiri lebih dari 2.500 pendeta dari 33 distrik HKBP di dalam dan luar negeri tersebut, menempatkan isu lingkungan sebagai salah satu agenda utama, termasuk penegasan kembali seruan "Tutup TPL".
Ephorus HKBP, Pdt. Dr. Victor Tinambunan, MST (ketiga dari kiri). (Foto: Istimewa/forumkeadilansumut.com)
"Kami ingin mengulang dan menegaskan kembali seruan ini secara resmi dalam forum pendeta. Kami yakin gereja tidak boleh diam melihat kerusakan alam yang terjadi di tanah leluhur kita,” tegasnya.
Ephorus Victor juga mengungkapkan bahwa HKBP telah mengajukan permohonan audiensi dengan Presiden RI, Prabowo Subianto, guna menyampaikan langsung aspirasi terkait penutupan TPL.
"Mudah-mudahan kami diberi kesempatan bertemu. Kami tahu Presiden sangat peduli terhadap lingkungan hidup. Dari program Astacita beliau, terlihat jelas komitmen menjaga keberlanjutan alam," ujarnya.
Selain itu, HKBP juga disebut telah menjalin komunikasi dengan Kementerian Kehutanan, sejumlah tokoh Batak, serta organisasi masyarakat lainnya untuk menyatukan langkah dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan di Tanah Batak.
Ephorus HKBP, Pdt. Dr. Victor Tinambunan, MST.