Sidang Pleno PKC Tetapkan Rencana Pembangunan Lima Tahun ke-15 China

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 23 Okt 2025, 22:15
thumbnail-author
Satria Angkasa
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Balai Besar Rakyat yang menjadi lokasi Sidang pleno Partai Komunis China (PKC) untuk membahas Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) ke-15 China. (ANTARA/Desca Lidya Natalia) Balai Besar Rakyat yang menjadi lokasi Sidang pleno Partai Komunis China (PKC) untuk membahas Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) ke-15 China. (ANTARA/Desca Lidya Natalia) (Antara)

Ntvnews.id, Beijing - Partai Komunis China (PKC) secara resmi menetapkan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) ke-15 untuk periode 2026–2030 dalam sidang pleno yang berlangsung pada 20–23 Oktober 2025.

“Periode 'Rencana Lima Tahun ke-15' merupakan masa yang sangat penting untuk memperkokoh fondasi dasar bagi pencapaian modernisasi sosialis secara menyeluruh, serta masa untuk berupaya penuh dalam seluruh aspek pembangunan,” demikian tertulis dalam komunike resmi yang diterbitkan oleh media pemerintah China dan diakses di Beijing, Kamis, 23 Oktober 2025.

Sidang pleno tersebut dihadiri 168 anggota Komite Sentral dan 147 anggota pengganti Komite Sentral. Rapat itu dipimpin langsung oleh Sekretaris Jenderal PKC sekaligus Presiden China, Xi Jinping. Komite Sentral sendiri merupakan badan elit dalam struktur PKC yang beranggotakan pejabat tingkat provinsi, gubernur, dan menteri. Para anggota pengganti yang turut hadir nantinya akan menggantikan posisi kosong dalam keanggotaan Komite Sentral.

Sidang kali ini dikenal sebagai sidang pleno keempat Komite Sentral ke-20 PKC, setelah komite tersebut dibentuk pada 2022. Dalam forum tersebut, pleno mendengarkan laporan kerja dari Xi Jinping atas nama Biro Politik Komite Sentral, serta meninjau dan mengesahkan dokumen berjudul “Usulan Komite Sentral PKC mengenai Penyusunan Rencana Lima Tahun ke-15 untuk Pembangunan Ekonomi dan Sosial Nasional.”

Baca Juga: China Tegaskan Perkuat Kemitraan Strategis Regional Jelang KTT ke-47 ASEAN di Kuala Lumpur

Dalam komunike resmi disebutkan, “Saat ini, China masih berada dalam fase pembangunan dengan peluang strategis yang hadir berdampingan dengan risiko dan tantangan, sementara ketidakpastian dan faktor-faktor tak terduga terus meningkat. Kita semua di Partai harus memperoleh pemahaman yang mendalam tentang pentingnya menentukan posisi inti Kamerad Xi Jinping di Komite Sentral Partai dan di Partai secara keseluruhan.”

Selain membahas laporan dari Xi Jinping, pleno juga mendengarkan paparan dari Badan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Nasional (National Economic and Social Development/NDRC). Rencana lengkap hasil sidang tersebut akan diumumkan pada Maret 2026 bersamaan dengan penyelenggaraan Kongres Rakyat Nasional.

Komite Sentral PKC menetapkan sejumlah sasaran utama dalam Repelita ke-15, antara lain:

  • pencapaian kemajuan signifikan dalam pembangunan berkualitas tinggi;
  • peningkatan kemandirian ilmu pengetahuan dan teknologi;
  • terobosan baru dalam reformasi menyeluruh;
  • peningkatan budaya dan etika nasional;
  • peningkatan kualitas hidup masyarakat;
  • penguatan koordinasi antara pasar yang efisien dan pemerintahan yang efektif;
  • serta penguatan keamanan nasional.

China juga menekankan pentingnya membangun sistem industri modern yang memperkuat fondasi ekonomi riil. Negara tersebut dituntut mencapai kemandirian dan kekuatan yang lebih besar dalam sains dan teknologi, serta mendorong lahirnya kekuatan produktif baru yang berkualitas tinggi.

Selain itu, Repelita ke-15 juga menekankan pembangunan pasar domestik yang kuat, mempercepat pembentukan pola pembangunan baru, serta mendorong ekonomi pasar sosialis berstandar tinggi untuk memperkuat pembangunan berkualitas tinggi. Pemerintah juga berkomitmen mempercepat modernisasi pertanian dan pedesaan, revitalisasi kawasan pedesaan, penyempurnaan tata kelola ekonomi regional, peningkatan kreativitas budaya nasional, serta percepatan transisi hijau secara menyeluruh.

“Pleno menegaskan perlunya memperluas keterbukaan tingkat tinggi ke luar negeri dan menciptakan situasi baru kerja sama yang saling menguntungkan (win-win cooperation), mempertahankan sistem perdagangan multilateral, memperluas sirkulasi internasional, serta berbagi peluang dan pembangunan bersama dengan negara-negara di dunia,” demikian dikutip dari komunike tersebut.

Baca Juga: China dan Australia Memanas di Laut China Selatan

China pertama kali menerapkan sistem Rencana Pembangunan Lima Tahun pada 1952. Setelah reformasi dan kebijakan keterbukaan diberlakukan pada 1978, negara itu mulai mengembangkan sistem ekonomi pasar sosialis tanpa meninggalkan mekanisme perencanaan nasional, sehingga menjadikan proses modernisasi berjalan berkelanjutan.

Setelah melalui Repelita ke-6 dan ke-7 pada dekade 1980-an yang mendorong ekonomi China menjadi terbesar kedua di dunia, negara itu memasuki fase Repelita ke-11 (2006–2010).

Berbeda dari periode sebelumnya, Repelita ke-14 (2021–2025) tidak memuat target kuantitatif pertumbuhan PDB, melainkan menekankan kualitas pertumbuhan ekonomi secara umum. Pendekatan ini dianggap lebih sejalan dengan strategi jangka panjang pembangunan berkelanjutan.

Repelita ke-15 dinilai memiliki arti strategis karena menjadi bagian dari tiga tahap perencanaan — Repelita ke-14, ke-15, dan ke-16 — yang ditujukan untuk mewujudkan modernisasi sosialis sepenuhnya pada 2035.

Rencana terbaru ini diharapkan berfungsi sebagai cetak biru utama pembangunan China, sekaligus menjadi referensi bagi negara lain dalam memahami arah kebijakan ekonomi, sosial, dan politik China di masa mendatang.

Saat ini, China tengah menghadapi sejumlah tantangan ekonomi, termasuk perang dagang dengan Amerika Serikat, perlambatan sektor properti, serta penurunan pertumbuhan ekonomi yang mencapai hanya 4,8 persen pada September 2025, angka terendah sepanjang tahun tersebut.

(Sumber: Antara)

x|close