BI Pertahankan BI-Rate di Level 4,75 Persen, Awasi Efektivitas Transmisi Kebijakan Moneter

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 22 Okt 2025, 15:58
thumbnail-author
Satria Angkasa
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Tangkapan layar Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memaparkan materi konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Oktober 2025 secara daring di Jakarta, Rabu (22/10/2025). Tangkapan layar Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memaparkan materi konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Oktober 2025 secara daring di Jakarta, Rabu (22/10/2025). (ANTARA)

Ntvnews.id, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate pada level 4,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 21–22 Oktober 2025. Keputusan tersebut diambil dengan mempertimbangkan efektivitas transmisi kebijakan moneter longgar yang telah dijalankan.

“Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati efektivitas transmisi kebijakan moneter longgar yang telah ditempuh, prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi, serta stabilitas nilai tukar Rupiah dalam memanfaatkan ruang penurunan suku bunga BI-Rate,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil RDG Oktober 2025 yang digelar secara daring di Jakarta, Rabu, 22 Oktober 2025.

Perry menjelaskan bahwa BI juga memperkuat kebijakan makroprudensial untuk mendukung penurunan suku bunga kredit, meningkatkan likuiditas, dan mendorong pertumbuhan pembiayaan demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Selain itu, kebijakan sistem pembayaran nasional tetap diarahkan untuk mendukung aktivitas ekonomi melalui perluasan akseptasi pembayaran digital, penguatan struktur industri sistem pembayaran, serta peningkatan daya tahan infrastruktur sistem pembayaran.

Dalam keputusan RDG tersebut, BI juga menetapkan suku bunga deposit facility tetap di 3,75 persen dan lending facility di 5,50 persen.

Baca Juga: Bank Indonesia Kembali Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 4,75 Persen

Menurut Perry, langkah ini konsisten dengan prakiraan inflasi tahun 2025 dan 2026 yang diperkirakan tetap rendah dalam sasaran 2,5±1 persen, serta untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai fundamentalnya di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.

“Arah bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran difokuskan untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” tuturnya.

Salah satu langkah konkret yang ditempuh, kata Perry, adalah penguatan strategi operasi moneter pro-market guna meningkatkan efektivitas transmisi penurunan suku bunga, memperluas likuiditas, dan memperdalam pasar uang serta pasar valuta asing (valas).

Selain itu, BI juga memperkuat strategi stabilisasi nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar keuangan, baik dalam bentuk transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) di pasar domestik, maupun transaksi NDF di pasar luar negeri. Upaya ini disertai dengan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder untuk menjaga likuiditas dan kestabilan pasar keuangan.

Langkah lainnya adalah penerapan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) berbasis kinerja dan berorientasi ke depan yang akan berlaku efektif mulai 1 Desember 2025.

Kebijakan tambahan mencakup penguatan kebijakan makroprudensial longgar, peningkatan publikasi asesmen transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK), pengembangan inovasi dan perluasan sistem pembayaran digital, serta penguatan kerja sama internasional di bidang kebanksentralan.

(Sumber: Antara)

x|close