Ntvnews.id, Jeju - Rombongan wisatawan asal Taiwan mendapat pengalaman tak menyenangkan saat berlibur ke Pulau Jeju, Korea Selatan. Mereka dimarahi oleh tour guide yang mendampingi perjalanan karena dianggap terlalu sedikit berbelanja.
Dilansir dari Mothership, Jumat, 10 Oktober 2025, rombongan tersebut mengikuti tur selama empat malam di Pulau Jeju. Di hari terakhir, mereka diajak mengunjungi sebuah toko untuk membeli oleh-oleh. Pemandu tur bahkan menyarankan mereka untuk membeli masker wajah sebagai buah tangan.
Namun setelah mencoba beberapa produk, wisatawan merasa tidak ada yang cocok dan memutuskan untuk kembali ke bus tanpa membeli apa pun.
Situasi berubah tidak menyenangkan saat mereka kembali ke bus. Pemandu tur tiba-tiba memarahi rombongan dengan nada tinggi. Ia mengaku merasa dipermalukan karena kelompok yang dibawanya “hanya belanja sedikit.” Tour guide itu juga beralasan bahwa produk-produk seperti masker wajah sebenarnya tidak terlalu mahal, dan mereka pun akan membeli barang serupa di toko lain.
Baca Juga: 10 Awak Kapal Ikan yang Terbalik di Jeju Korea Selatan Berhasil Selamat
Padahal, berdasarkan laporan, rombongan turis tersebut sebenarnya telah mengeluarkan uang lebih dari S$1.400 atau hampir Rp18 juta selama perjalanan. Meski begitu, sang pemandu menganggap jumlah itu masih terlalu kecil.
Setelah video amarah tour guide tersebut viral di media sosial, pihak perusahaan travel akhirnya menyampaikan permintaan maaf resmi.
Kejadian seperti ini ternyata bukan yang pertama. Pada pertengahan tahun 2024, publik juga dihebohkan dengan insiden serupa di China, ketika seorang pemandu tur memarahi wisatawan karena belanja kurang dari Rp2 juta di toko yang direkomendasikannya.
Baca Juga: Bukan Simpati, 2 Korban Selamat Jeju Air Malah Dihujat Warganet Korsel dan Dipaksa Bunuh Diri
Bahkan pada tahun 2023, kasus lebih ekstrem terjadi di China. Seorang tour guide mengamuk setelah rombongan yang dibawanya tidak membeli apa pun di toko permata yang dikunjungi. Ia bahkan sempat mengancam akan “membatalkan perjalanan dan meninggalkan rombongan di tempat mereka berada jika tidak mengeluarkan uang.”
Insiden-insiden tersebut memicu perbincangan luas mengenai tekanan belanja dalam industri tur massal Asia, di mana beberapa pemandu mendapatkan komisi dari toko-toko yang mereka kunjungi bersama wisatawan.