Ntvnews.id, Jakarta - Dokter Spesialis Penyakit Dalam lulusan Universitas Indonesia, dr. Paulus Simadibrata, Sp.PD, mengingatkan bahwa etilen oksida merupakan zat berbahaya apabila masuk ke dalam tubuh manusia.
"Etilen oksida kan termasuk suatu zat yang berbahaya buat tubuh. Jadi biasanya ini mungkin dipakai untuk teknik industri pangan," kata dr. Paulus saat ditemui di Jakarta, Jumat, 12 September 2025 kemarin.
Dokter yang saat ini praktik di Rumah Sakit Abdi Waluyo itu menjelaskan, etilen oksida memang digunakan dalam industri pangan, namun penggunaannya harus dalam batas wajar. Bila masuk ke tubuh, zat ini berisiko menimbulkan keracunan karena dianggap sebagai zat asing yang tidak seharusnya ada di dalam tubuh.
Baca Juga: Taiwan Laporkan Indomie Rasa Soto Banjar Limau Kulit Mengandung Etilen Oksida
Indomie varian Rasa Soto Banjar Limau Kulit (Tangkapan Layar)
Zat tersebut juga dapat memengaruhi sistem pencernaan, memicu gejala akut seperti diare, sakit perut, hingga kerusakan jaringan pada organ pencernaan.
"Ini yang makanya kita harapkan mungkin supaya masyarakat jangan terlalu banyak mengonsumsi makanan pengawet. Mungkin tidak hanya etilen oksida ya tapi juga yang lainnya," ujarnya.
Sebagai perbandingan, Paulus menyinggung kasus lain yang pernah muncul sebelumnya, seperti penggunaan monosodium glutamat sebagai penyedap rasa, maupun pemanis buatan seperti asesulfam-K dan natrium siklamat. Temuan-temuan semacam itu membuat sejumlah negara, termasuk Hong Kong, menerapkan kebijakan ketat terhadap konsumsi makanan manis karena risiko kesehatan yang ditimbulkan.
Baca Juga: Indomie Mengandung Etilen Oksida, BPOM Koordinasi dengan Taiwan
Menanggapi temuan etilen oksida pada salah satu merek mi instan populer, Paulus menilai hal tersebut kemungkinan dipicu kesalahan dalam proses produksi atau kontaminasi.
"Ini yang kita belum tahu, makanya ditolak di Taiwan," ucapnya.
Ia juga menambahkan bahwa seringnya ditemukan kandungan berbahaya pada produk pangan menunjukkan bahwa ekosistem industri makanan semakin maju dan cerdas dalam melakukan pengawasan.
"Contohnya bayangkan saja, kalau kita taruh makanan, mungkin seminggu dan tidak ada lalat menempel, mungkin mereka sudah tahu bahwa ini ada banyak pengawet, jadi hati-hati," ujar dia.
Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Taiwan melaporkan adanya kandungan pestisida dan etilen oksida dalam produk mi instan asal Indonesia. Kandungan etilen oksida dalam bumbu penyedap tercatat sebesar 0,1 mg/kg, yang dinilai tidak sesuai dengan standar yang berlaku di Taiwan.
Menurut ketentuan di negara tersebut, batas maksimum etilen oksida yang diperbolehkan dalam makanan maupun minuman adalah di bawah 0,1 mg/kg. (Sumber : Antara)