Ntvnews.id, Jakarta - Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat ratusan orang mengalami gangguan kesehatan usai aksi demonstrasi. Hingga Minggu, 31 Agustus 2025 pukul 07.00 WIB, sebanyak 469 orang harus mendapatkan perawatan medis.
Dari jumlah tersebut, 371 orang ditangani melalui rawat jalan, 97 orang dirawat inap, sementara satu orang dinyatakan meninggal dunia. Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, menyampaikan bahwa sejumlah rumah sakit telah disiagakan sebagai rujukan korban demo.
Rumah sakit tersebut antara lain RS Hermina Kemayoran, RS Kramat 128, RSAL Mintohardjo, RSPAD Gatot Soebroto, RS Polri, RSUD Koja, RSUD Budhi Asih, RS Pelni, hingga RS Pusat Pertamina. Selain itu, puskesmas di sekitar titik aksi juga ikut menampung korban.
Berdasarkan data Dinkes DKI, jenis keluhan yang paling banyak dialami para korban adalah:
- Konjungtivitis (198 kasus)
- Luka terbuka atau vulnus (90 kasus)
- Sesak napas atau dyspnea (42 kasus)
- Trauma fisik
- Patah tulang
- Cedera kepala
- Keluhan medis lain
Konjungtivitis atau mata merah, menjadi kasus terbanyak. Kondisi ini merupakan peradangan pada konjungtiva, yaitu selaput transparan yang melapisi kelopak dan bola mata. Saat pembuluh darah di area tersebut membengkak akibat iritasi, bagian putih mata akan tampak kemerahan.
Demo depan DPR, Jasa Marga alihkan sementara lalu Lintas Tol Cawang–Tomang–Pluit
Baca Juga: Halte Transjakarta Senen Kembali Dibersihkan Pasca Terbakar Akibat Demo
Keluhan mata merah hingga sesak napas yang dialami para demonstran diduga kuat terkait paparan gas air mata. Zat ini dapat menimbulkan rasa perih, terbakar, serta gangguan pernapasan.
"Untuk tidak memakai odol saat mencegah kemungkinan paparan gas air mata, hal ini malah bisa memperberat iritasi," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI, dr Siti Nadia Tarmizi.
Ia menyarankan langkah penanganan yang lebih aman, yaitu segera menjauh dari sumber paparan, membilas mata dengan cairan NaCl 0,9 persen atau ringer laktat selama 15–30 menit, melakukan kompres air dingin, atau menggunakan obat tetes mata.
Paparan gas air mata juga dapat menempel di pakaian. Karena itu, dr Nadia mengimbau agar pakaian yang terkontaminasi segera dilepas, sebab sisa zat tersebut bisa terhirup kembali dan berdampak pada paru-paru.