Ntvnews.id, Jakarta - Kemacetan di kawasan Jabodetabek masih menjadi masalah serius yang menimbulkan kerugian ekonomi sangat besar. Berdasarkan data Bappenas dan JUTPI II (2019), kerugian akibat macet di Jabodetabek mencapai Rp100 triliun per tahun, setara dengan 4 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Jabodetabek atau enam kali biaya pembangunan MRT fase pertama.
Hal itu disampaikan Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta, Rano Karno, saat memimpin apel gabungan tiga pilar bersama jajaran Pemprov DKI Jakarta, TNI, dan Polri di Silang Monas, Jakarta Pusat, Rabu, 27 AGustus 2025.
Menurutnya, kemacetan bukan hanya menghambat mobilitas masyarakat, tetapi juga menjadi beban besar bagi perekonomian.
Adapun, mengacu pada Tom-Tom Traffic Index 2025, Jakarta menempati peringkat ke-90 dari 500 kota termacet di dunia. Posisi ini menunjukkan bahwa ibukota masih menghadapi tantangan serius dalam mewujudkan sistem transportasi yang efisien.
Sebagai solusi, Pemprov DKI Jakarta mengembangkan Intelligent Traffic Control System (ITCS) berbasis Artificial Intelligence (AI). Sistem ini sudah diterapkan di 65 titik persimpangan dari total 321 titik di Jakarta.
Rano Karno Pimpin Apel Tiga Pilar (Pemprov DKI)
Baca Juga: Rano Karno Dorong Kolaborasi Perdagangan dan Investasi dengan Ankara
Hasilnya, teknologi ini mampu memangkas waktu tunggu kendaraan hingga 15–20 persen. Selain itu, sistem ini juga menjadi basis pengawasan pajak kendaraan dan emisi, sehingga mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi polusi udara.
"Sistem ini membuktikan mampu menurunkan waktu tunggu kendaraan hingga 15-20 persen, sekaligus menjadi basis pengawasan pajak kendaraan dan emisi. Selain itu, kami berkolaborasi dengan Polda Metro Jaya melalui Mandala Quick Response yang memungkinkan pemantauan lalu lintas secara real-time berbasis GEI atau Geographic Information System yang terintegrasi dengan CCTV milik Dinas Perhubungan. Ke depan, sistem ini akan diperluas agar semakin banyak masyarakat yang dapat merasakan manfaatnya," ucap Rano Karno.
Wagub Rano juga mengapresiasi kinerja kepolisian, Dinas Perhubungan, Satpol PP, mitra transportasi publik, serta para petugas lapangan yang terus bekerja keras menjaga kelancaran lalu lintas.
Ia menegaskan, solusi mengatasi macet tidak bisa dilakukan Jakarta sendiri, tetapi harus melibatkan daerah penyangga melalui penguatan Transjabodetabek.