Ntvnews.id, Beijing - Pemerintah Tiongkok mengeluarkan kecaman keras atas serangan militer Amerika Serikat terhadap Iran, termasuk serangan ke fasilitas nuklir yang diawasi oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
"China sangat mengecam serangan AS terhadap Iran dan pemboman terhadap fasilitas nuklir yang berada di bawah perlindungan IAEA," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataan yang dimuat di situs resmi kementerian.
Pernyataan itu menyebut bahwa tindakan Washington merupakan pelanggaran serius terhadap prinsip-prinsip dan tujuan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), serta hukum internasional. Aksi tersebut juga dinilai semakin memperburuk situasi di Timur Tengah yang sudah memanas.
China mendesak seluruh pihak yang terlibat konflik, khususnya Israel, agar segera mencapai kesepakatan gencatan senjata, melindungi keselamatan warga sipil, serta membuka jalur menuju dialog dan perundingan damai.
Baca Juga: Iran Luncurkan Serangan Balasan ke Israel, Sedikitnya 20 Orang Terluka
Tiongkok juga menyatakan kesiapannya untuk bekerja sama dengan komunitas internasional dalam menyatukan langkah demi menegakkan keadilan dan mendorong terciptanya kembali perdamaian serta stabilitas di kawasan Timur Tengah.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa pasukan Amerika telah melakukan serangan yang diklaim “sangat sukses” terhadap tiga fasilitas nuklir Iran yang berada di Natanz, Fordow, dan Isfahan pada Sabtu, 21 Juni 2025.
Trump menyatakan bahwa tujuan dari serangan tersebut adalah untuk melemahkan kemampuan nuklir Iran serta memaksa Teheran untuk setuju mengakhiri konflik. Ia juga memperingatkan bahwa Iran akan menghadapi konsekuensi yang lebih besar jika menolak untuk tunduk.
Serangan ini terjadi setelah Israel dilaporkan lebih dahulu melakukan serangan udara terhadap sejumlah target di Iran dan kemudian meminta dukungan dari AS untuk melanjutkan operasi militer.
Laporan media Amerika menyebutkan bahwa dalam serangan itu, militer AS mengerahkan berbagai peralatan tempur canggih, termasuk pesawat pengebom siluman B-2 dan rudal penghancur bunker yang dirancang untuk menghancurkan instalasi bawah tanah seperti fasilitas nuklir Iran.
Baca Juga: Iran Ancam Negara Pemasok Senjata ke Israel Bakal Jadi Sasaran
Israel sendiri telah memulai serangkaian serangan sejak 13 Juni 2025, dengan menyasar fasilitas-fasilitas yang diduga berkaitan dengan program nuklir Iran. Hal ini memicu respons dari Teheran yang membalas dengan serangan rudal ke Tel Aviv, mengakibatkan banyak korban tewas dan luka-luka di kedua belah pihak.
Namun, menurut penasihat Ketua Parlemen Iran, Mehdi Mohammadi, Teheran telah mengantisipasi potensi serangan ke fasilitas nuklir Fordow dan berhasil mengevakuasi lokasi tersebut sebelumnya. Karena itu, katanya, tidak ada kerusakan besar yang tak bisa diperbaiki di situs itu.
Sementara itu, Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi menyatakan bahwa serangan Israel telah menyebabkan kerusakan serius pada fasilitas nuklir di Natanz dan Isfahan. Namun, fasilitas di Fordow disebut masih belum terdampak.
Iran sendiri menegaskan bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan damai dan tidak memiliki tujuan militer. Grossi juga menambahkan bahwa hingga kini IAEA belum menemukan bukti yang menunjukkan Iran sedang menjalankan program senjata nuklir aktif.
Pihak Amerika Serikat saat ini berada dalam kondisi siaga tinggi, mengantisipasi kemungkinan serangan balasan dari Iran, terutama dalam 48 jam setelah serangan udara tersebut dilancarkan.