Ntvnews.id, Jakarta - Setelah merampungkan fase tanggap darurat, Rumah Zakat bersama para mitra kolaborator mulai mengalihkan fokus penanganan bencana banjir dan tanah longsor di Sumatera ke tahap pemulihan jangka menengah dan panjang.
Program recovery disiapkan untuk memulihkan kembali tatanan sosial, ekonomi, dan infrastruktur masyarakat terdampak.
CEO Rumah Zakat, Irvan Nugraha, menyampaikan bahwa hingga akhir Desember 2025, dana Program Peduli Bencana Sumatera yang terhimpun mencapai Rp16,2 miliar.
Dari jumlah tersebut, sebagian besar telah digunakan untuk kebutuhan darurat, sementara sisa dana dialokasikan secara terencana guna mendukung program rehabilitasi dan rekonstruksi.
“Memasuki fase recovery, kami memastikan setiap rupiah dimanfaatkan secara berkelanjutan, tidak hanya untuk bertahan, tetapi juga membantu masyarakat bangkit dan mandiri kembali,” ujar Irvan dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (22/12).
kolaborasi dengan stakeholder (RUMAH ZAKAT)
Program recovery bencana banjir Sumatera akan difokuskan pada pembangunan sarana dasar dan hunian layak bagi warga terdampak. Sejumlah agenda yang disiapkan meliputi pembangunan sumur bor dan fasilitas MCK, rumah tumbuh, hunian sementara dan semi permanen, hunian tetap, serta fasilitas ibadah dan pendidikan darurat.
Irvan menjelaskan, untuk pembangunan hunian sementara (huntara) di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, proses penyiapan lahan telah disepakati bersama pemerintah daerah dan masyarakat setempat, sehingga tahap implementasi dapat segera dilakukan.
Selama masa tanggap darurat, Rumah Zakat telah menjangkau lebih dari 75 ribu penerima manfaat melalui bantuan pangan, layanan kesehatan, dukungan psikososial, hingga evakuasi dan logistik pengungsian.
Capaian tersebut menjadi fondasi awal dalam merancang program pemulihan yang lebih terintegrasi.
Rumah Zakat turunkan relawan (RUMAH ZAKAT)
Menurut Irvan, keberhasilan fase recovery tidak terlepas dari kolaborasi lintas sektor yang telah terbangun sejak awal penanganan bencana. Sinergi dengan lembaga pemerintah, dunia usaha, komunitas, dan institusi filantropi dinilai krusial agar pemulihan berjalan lebih cepat dan tepat sasaran.
“Recovery bencana membutuhkan waktu dan konsistensi. Karena itu, kami mengajak seluruh mitra dan masyarakat untuk terus bergandeng tangan mendukung proses pemulihan di Sumatera,” ujarnya.
Sementara itu, hingga akhir Desember 2025, Program Peduli Bencana Sumatera mencatat penghimpunan dana sebesar Rp16,2 miliar.
Dari jumlah tersebut, lebih dari Rp12,6 miliar telah direalisasikan untuk memenuhi kebutuhan darurat warga di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Irvan menjelaskan bahwa pengelolaan dana kebencanaan dilakukan secara transparan dan bertanggung jawab. Menurutnya, sisa dana yang masih tersedia akan dialokasikan secara terukur untuk mendukung fase pemulihan pascabencana.
“Dana yang belum tersalurkan tetap kami kelola secara amanah untuk memastikan keberlanjutan program, terutama pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi,” ujar Irvan.
Selama periode tanggap darurat, Rumah Zakat mencatat sebanyak 75.045 warga terdampak telah menerima manfaat dari berbagai bentuk bantuan.
Respons cepat ini dilakukan menyusul bencana yang dipicu cuaca ekstrem dan curah hujan tinggi sejak pertengahan November 2025, yang menyebabkan banjir dan longsor di berbagai titik serta berdampak luas pada infrastruktur dan aktivitas sosial-ekonomi masyarakat.
Melalui gerakan #KuatBersama, Rumah Zakat menegaskan komitmennya untuk menghadirkan aksi kemanusiaan yang berorientasi pada dampak jangka panjang, dengan harapan masyarakat terdampak bencana tidak hanya pulih, tetapi juga memiliki ketahanan yang lebih baik ke depan.
Baca Juga: Rumah Zakat Bersama Kolaborator Lakukan Pemulihan Dampak Bencana di Aceh, Sumut, dan Sumbar
Rumah Zakat Fokuskan Program Recovery untuk Pulihkan Kehidupan Warga Terdampak Bencana Sumatera (rumah zakat)