Starbucks Kehilangan USD30 Miliar karena CEO Cuma Jago Teori

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 17 Des 2025, 12:06
thumbnail-author
Muslimin Trisyuliono
Penulis
thumbnail-author
Tim Redaksi
Editor
Bagikan
Starbucks Starbucks (Pixabay)

Ntvnews.id, Jakarta - Perusahaan kopi raksasa asal Amerika Serikat Starbucks tengah menjadi perbincangan karena dikabarkan telah kehilangan USD30 miliar di bawah CEO saat ini. 

Angka ini memicu pertanyaan dan perdebatan tentang kepemimpinan dan strategi perusahaan baru-baru ini, banyak pembaca terkejut dengan skala dugaan kerugian itu.

Dikutip dari The Economic Times, Rabu 17 Desember 2025, postingan tersebut menunjukkan bahwa latar belakang konsultasi CEO memengaruhi keputusan dengan cara yang mungkin tidak sesuai dengan operasi dunia nyata Starbucks. 

Pengamat mencatat bahwa bahkan eksekutif yang berpengalaman menghadapi tantangan ketika mengelola merek global, dan perubahan strategis yang tiba-tiba dapat menciptakan gesekan secara internal.

Meskipun angka USD30 miliar tidak diverifikasi, diskusi tersebut telah menyoroti langkah bisnis Starbucks baru-baru ini, seperti ekspansi toko, perubahan menu, dan penyesuaian strategi global. 

Baca juga: Rugi Pengelola Starbucks di RI Bengkak Jadi Rp108,69 Miliar, Imbas Boikot?

Pergeseran strategis kecil di perusahaan-perusahaan besar dapat menghasilkan efek krusial. Bahkan kesalahan kecil dalam strategi pemasaran, ekspansi, atau penetapan harga dapat memengaruhi pendapatan dan persepsi publik. 

Hal tersebut menjadi perdebatan apakah pilihan kepemimpinan Starbucks itu cerdas atau salah arah. 

Beberapa memuji CEO untuk langkah berani, sementara yang lain menyatakan skeptis tentang dampak pada merek. Perdebatan makin meluas setelah miliarder teknologi Elon Musk ikut menanggapi unggahan tersebut. 

Komentar Musk menjadi pemantik tambahan yang membuat diskusi semakin viral dan menarik perhatian publik global.

Baca juga: Profil Laxman Narasimhan yang Tiba-tiba Mundur dari CEO Starbucks

Meski demikian, para analis keuangan menilai klaim kehilangan USD30 miliar tersebut belum dapat diverifikasi secara resmi. 

Mereka menekankan bahwa perbincangan di media sosial kerap mencampuraduk penurunan kapitalisasi pasar dengan kerugian riil perusahaan.

TERKINI

Load More
x|close