Menko Airlangga: Sawit Perkuat Neraca Perdagangan dan Dukung Transisi Energi Bersih

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 13 Nov 2025, 13:43
thumbnail-author
Satria Angkasa
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan sambutan secara daring pada pembukaan 21st Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) dan 2026 Price Outlook di Nusa Dua, Bali, Kamis 13 November 2025. ANTARA/Subagyo. Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan sambutan secara daring pada pembukaan 21st Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) dan 2026 Price Outlook di Nusa Dua, Bali, Kamis 13 November 2025. ANTARA/Subagyo. (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa komoditas kelapa sawit memiliki peran strategis dalam memperkuat neraca perdagangan Indonesia.

Dalam sambutannya saat membuka 21st Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) dan 2026 Price Outlook di Nusa Dua, Bali, Kamis, 13 November 2025, Airlangga menyampaikan bahwa hingga September 2025, Indonesia mencatat surplus perdagangan sebesar 4,34 miliar dolar AS, di mana sawit menjadi salah satu penyumbang utamanya.

"Dari Januari hingga September ekspor minyak sawit Indonesia mencapai 28,55 juta ton meningkat dibandingkan periode sama tahun sebelumnya," kata Airlangga yang disiarkan secara daring.

Ia menjelaskan bahwa India dan Tiongkok masih menjadi pasar utama ekspor minyak sawit Indonesia, sementara Jepang dan Selandia Baru menunjukkan peningkatan permintaan terhadap produk nonmigas berbasis sawit.

Menurut Airlangga, harga tandan buah segar (TBS) yang rata-rata berada di kisaran Rp3.000 per kilogram turut memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan petani serta menjaga daya saing industri sawit nasional.

Baca Juga: Menteri PPN: Sawit Jadi Solusi Komprehensif untuk Ketahanan Pangan Dunia

Lebih lanjut, Airlangga menuturkan bahwa pemerintah terus memperkuat aspek keberlanjutan melalui penguatan sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) dan pengembangan sistem informasi terpadu yang menghubungkan kebijakan, data sertifikasi, serta rantai pasok industri.

"Langkah ini akan meningkatkan transparansi dan memungkinkan pelacakan secara real time," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Airlangga juga menegaskan komitmen pemerintah untuk memperkuat transisi energi bersih berbasis sawit melalui pengembangan bioenergi. Ia menjelaskan bahwa program biodiesel nasional saat ini telah mencapai mandat B40, dan pemerintah menargetkan penerapan B50 pada semester kedua 2026.

"Program ini menjadi salah satu yang terbesar di dunia dan telah berkontribusi mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 41,46 juta ton CO2," ujarnya.

Selain biodiesel, pemerintah juga tengah mengembangkan bioavtur dan bioetanol berbasis sawit untuk mendukung sektor transportasi udara dan darat.

"Kami berharap dalam dua hingga tiga tahun ke depan produk ini bisa mulai dipasarkan secara komersial," kata Airlangga.

Airlangga turut menekankan pentingnya hilirisasi industri sawit agar tidak hanya berhenti pada ekspor bahan mentah, melainkan mampu menciptakan nilai tambah di dalam negeri.

"Melalui inovasi, kita bisa menciptakan lapangan kerja baru dan membuat industri dalam negeri," katanya.

Sebagai contoh, ia menyebut kerja sama antara Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) dengan industri pertahanan nasional yang telah berhasil memanfaatkan bahan baku sawit untuk kebutuhan produksi dalam negeri.

(Sumber: Antara)

x|close