IHSG Dibuka Menguat, Rupiah Melemah Rp16.716 per Dolar AS

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 12 Nov 2025, 10:42
thumbnail-author
Muslimin Trisyuliono
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Arsip foto - Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta Arsip foto - Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu pagi 12 Oktober 2025 bergerak menguat seiring dengan sinyal berakhirnya government shutdown (penutupan pemerintahan) Amerika Serikat (AS).

Dikutip dari Antara, IHSG dibuka menguat 25,77 poin atau 0,31 persen ke posisi 8.392,28.

Sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 2,43 poin atau 0,29 persen ke posisi 845,12.

"Dengan munculnya sejumlah sentimen eksternal seperti hasil voting anggaran di AS, pergerakan pasar global bisa menjadi penggerak awal untuk IHSG. Namun, dengan risiko koreksi yang tetap ada karena faktor domestik," kata Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya.

Dari mancanegara, sentimen positif muncul seiring Senat AS meloloskan RUU untuk mengakhiri penutupan pemerintahan, meski masih menyisakan ketegangan politik di Washington.

Baca juga: Harga Emas Antam Hari ini naik Rp7.000, Segram Jadi Rp2.367.000

Pelaku pasar mencermati voting anggaran di DPR AS, yang akan menentukan akhir dari shutdown pemerintahan AS yang sudah berlangsung 42 hari sejak 1 Oktober 2025.

Apabila disetujui, shutdown bisa berakhir dalam 24 hingga 48 jam, namun pendanaan pemerintah hanya diperpanjang hingga 30 Januari 2026, sehingga risiko shutdownkembali muncul pada awal tahun depan.

Senat AS sudah menyetujui kesepakatan tersebut, dan Presiden AS Donald Trump diperkirakan akan menandatangani RUU itu menjadi undang-undang.

Kesepakatan itu akan memulihkan aktivitas pemerintah federal AS dan memberi kelegaan bagi pegawai serta penerima subsidi, meski butuh waktu agar sistem pemerintahan kembali normal.

Dari dalam negeri, data penjualan eceran menurun 2,4 persen month-to-month(mtm) pada September 2025 akibat anjloknya sektor sandang, namun masih tumbuh 3,7 persen year-on-year (yoy).

Bank Indonesia (BI) optimistis penjualan eceran akan membaik di Oktober 2025 dengan kenaikan penjualan 4,3 persen (yoy), didorong oleh konsumsi jelang Natal, meski tekanan inflasi diperkirakan naik hingga awal 2026.

Pada perdagangan Selasa (11/11), bursa saham Eropa ditutup kompak menguat, di antaranya Euro Stoxx 50 menguat 0,20 persen, indeks FTSE 100 Inggris menguat 1,09 persen, indeks DAX Jerman menguat 0,53 persen, serta indeks CAC Prancis menguat 1,25 persen.

Baca juga: Kronologi Pesawat Kargo Militer Turki Jatuh di Georgia, 20 Awak Jadi Korban

Bursa saham AS di Wall Street ditutup mayoritas menguat pada Selasa, di antaranya Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 1,18 persen ditutup di level 47.927,00, indeks S&P 500 menguat 0,21 persen ke level 6.846,62, indeks Nasdaq Composite melemah 0,31 persen ditutup di level 25.532,49.

Bursa saham regional Asia pagi ini, antara lain indeks Nikkei menguat 83,07 poin atau 0,21 persen ke 50.942,00, indeks Shanghai menguat 10,30 poin atau 0,26 persen ke 4.013,45, indeks Hang Seng menguat 297,59 poin atau 1,11 persen ke 26.993,50, dan indeks Strait Times menguat 10,61 poin atau 0,23 persen ke 4.552,48.

Sementara itu, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Rabu 12 November 2025 di Jakarta melemah sebesar 22 poin atau 0,13 persen menjadi Rp16.716 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.694 per dolar AS.

 

x|close